Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Food Stylist, Harus Mampu Membangkitkan Selera

Kompas.com - 05/01/2011, 19:15 WIB

KOMPAS.com - Betapa sering kita ngiler melihat sajian sepiring masakan yang tayang di iklan atau tersaji di lembar majalah. Di balik sajian menggugah selera itulah, ada peran penting para food stylist. Mereka memiliki trik dan segudang ilmu untuk membuat semuanya jadi nyata. Pengalaman mereka, para food stylist, sungguh unik.

Mulya Sari (35) dan Popy Fitria (35), misalnya, sepakat mendirikan Club Sandwich (CS), sebuah bisnis yang berkecimpung di dunia menata makanan ini karena pernah menjadi rekan kerja di sebuah media cetak yang sama. Popy memang suka memasak dan sempat bersekolah di bidang itu ketika mengikuti suaminya tugas ke Boston, Amerika.

Pulang ke Jakarta, tahun 2002 ia bergabung dengan sebuah majalah wanita. Untuk desk boga yang dilamarnya, salah satu tesnya adalah menata makanan. Popy lolos seleksi. Kemudian ia pun berkenalan dengan Sari, rekan satu desk.

Akhir tahun lalu, keduanya sepakat mendirikan CS. “Awalnya, kami sering saling melempar job food styling dari klien kalau jadwal terlalu padat. Akhirnya kami bikin CS,” timpal Sari.

Dengan kerjasama, pekerjaan lebih efektif dibanding memanfaatkan jasa asisten karena masing-masing sudah tahu apa yang harus dilakukan. “Meski pemotretan dilakukan masing-masing, kami bisa saling diskusi. Lagipula, kami tak perlu bersaing harga. Untuk job besar, kami kerja bareng,” lanjut Sari. Biasanya, CS mengerjakan permintaan klien untuk iklan di media cetak, TV, restoran, atau kemasan produk.

Trik membangkitkan selera makan
Menata makanan agar menimbulkan selera penikmat foto, ada triknya. “Menata es krim, misalnya. Tidak bisa pakai es krim asli, karena akan meleleh terkena panas lampu kamera. Jadi kami akali dengan membuat adonan yang mirip es krim aslinya. Tiruan es krim tidak bisa dimakan,” cerita Popy.

Permintaan klien tak jarang memang sangat sulit, tetapi harus dipenuhi. Pernah, klien meminta piring saji bernuansa Maroko kuno. “Seantero Jakarta kami telusuri, tetap tidak ketemu. Akhirnya piring polos kami warnai sendiri. Senang rasanya klien puas, meski kami seperti diospek,” lanjutnya geli.

Pernah pula, keduanya menginap dua malam di pesawat untuk pemotretan makanan ketika sebuah maskapai penerbangan akan merilis destinasi ke Eropa dengan pesawat baru. “Dua hari nonstop kami gantian bekerja, dari pagi sampai pagi. Senang sih, merasakan ruang kelas satu pesawat itu. Sayang, pesawatnya cuma parkir. Hahaha….”

Pengalaman serupa dialami Fajar Ayuningsih (40). Meski bikin stres saat persiapan pemotretan atau syuting, menjadi food stylist mantap dipilihnya. Menjadikan makanan terlihat cantik dan seksi jadi tantangan tersendiri buatnya. Padahal, semua hal harus diperhitungkan dengan cermat saat persiapan, agar tidak perlu mengulang dua kali. Perempuan yang lahir dan besar di Surabaya ini pun rela “pindahan” setiap kali ada job pemotretan makanan.

Maklum, ada 4-5 kontainer piranti saji yang harus dibawanya. Misalnya, kompor, oven, bahkan kulkas. “Propertinya harus banyak pilihan. Jadi, kalau klien tidak suka dengan piranti yang saya ajukan, bisa langsung memilih yang lainnya, tak perlu pulang lagi,” ujar Fajar yang juga mengajar food photography di Darwis Triadi School of Photography. Selain itu, penampilan makanan yang akan difoto harus benar-benar tampak bagus, maka belanja bahan pun tak bisa sekadarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com