Semarang, Kompas
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal itu saat pelantikan 465 taruna polisi, Kamis (16/12) di Akademi Kepolisian, Semarang, Jawa Tengah. ”Rakyat ingin Polri tampil di depan dalam penegakan hukum dan pemberantasan kejahatan,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, kepercayaan rakyat terganggu jika kinerja Polri tak seperti yang diharapkan. Selain itu, rakyat juga sedang gencar menyoroti abdi negara dalam memegang kode etik profesi. Untuk memenuhi harapan rakyat itu, Polri harus sanggup menjaga etika dan perilaku yang mencerminkan profesionalitas.
Presiden mengatakan, di era globalisasi ini, tantangan yang dihadapi Polri semakin berat karena berkembangnya corak kehidupan masyarakat, derasnya mobilitas manusia, dan adanya revolusi teknologi. Semua itu menjadi tantangan baru dalam penegakan hukum dan pemeliharaan keamanan.
”Kejahatan tidak terbatas pada kejahatan konvensional, seperti perampokan, pencurian, atau pembunuhan,” ungkap Presiden. Namun, kejahatan semakin meluas ke kejahatan transnasional, cyber crime, perbankan, perpajakan, teknologi informasi, hingga terorisme.
Selain itu, dengan meningkatnya peran Indonesia di kancah internasional, kata Presiden, perwira polisi yang baru juga harus siap terjun dalam berbagai misi perdamaian dan kerja sama antarbangsa. Berbagai tuntutan dan tantangan berat itu dapat dipenuhi apabila Polri terus mengembangkan diri, tidak lalai, dan tidak cepat berpuas diri.
Rabu malam, sebelum pelantikan, Presiden memberikan pengarahan kepada calon perwira itu. Saat itu Presiden didampingi Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.
Salah satu perwira Polri yang baru saja dilantik, I Gede Lila Buana Arta, mengakui, tuntutan Polri ke depan memang semakin berat. ”Mau tidak mau, saya harus belajar banyak dari perwira senior ketika saya mulai berdinas nanti,” katanya.