Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Gunakan Alutsista Sendiri

Kompas.com - 11/10/2010, 21:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan agar bangsa Indonesia memiliki kemandirian mengembangkan alat utama sistem persenjataan agar Indonesia tidak kalah dari negara lainnya.

Hal itu diingatkan Presiden Yudhoyono, sebagaimana disampaikan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono kepada pers, seusai mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Senin (11/10/2010) sore tadi.

"Pertemuan Presiden, Minggu (10/10/2010) kemarin, intinya adalah agar TNI ke depan menggunakan sepenuhnya produk dalam negeri. Dengan demikian, industri strategis kita akan semakin maju sehingga kita mempunyai kemandirian pertahanan dan Indonesia tidak kalah dari negara lain," tandas Agus.

Menurut Agus, industri strategis Indonesia saat ini sudah mampu membangun kapal, helikopter, panser, dan senjata tempur lainnya. "Semua itu diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal TNI," tandasnya.

Sebelumnya, saat mengawali pembukaan rapat terbatas di tempat yang sama, Presiden Yudhoyono mengaku telah mengadakan pertemuan informal dengan menteri terkait dan sejumlah pimpinan BUMN untuk membahas masalah pengembangan alat utama sistem persenjataan milik TNI untuk jangka waktu lima tahun mendatang. Pertemuan dilakukan di rumah pribadi Presiden di Puri Indah Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu siang.

Selain dihadiri Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto dan menteri terkait lainnya, juga hadir Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Panglima TNI beserta tiga Kepala Staf Angkatan, serta tiga pimpinan BUMN PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT PAL.

Presiden Yudhoyono menambahkan, pertemuan tersebut untuk menindaklanjuti rapat terbatas bidang politik, hukum, dan keamanan yang pernah diadakan pada Senin (4/10/2010) lalu, serta pidato Presiden Yudhoyono saat peringatan ulang tahun ke-65 TNI.

Restrukturisasi

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, pihaknya akan melakukan restrukturisasi pada industri strategis nasional. Sebab, industri strategis merupakan aset besar di masa datang secara nasional.

"Kalau PT Pindad kan sehat, sedangkan PT PAL hanya memerlukan restrukturisasi. PT DI juga akan direstrukturisasi. Keduanya itu memang mempunyai tagihan, tetapi terlambat sehingga terjadi ketidakseimbangan anggaran (mismacth). Namun, keduanya memiliki masa depan yang bagus. Jadi mempunyai prospek," kata Hatta.

Ketidakseimbangan terjadi karena adanya pesanan produksi yang harus dikerjakan. Akan tetapi, APBN-nya terlambat membayar sehingga modal kerjanya habis. "Namun, Presiden tidak membicarakan sampai soal ketidakseimbangan anggaran di masing-masing industri strategis tersebut," ujar Hatta.

Hatta mengaku, untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal, pemerintah melakukan secara bertahap. "Volume APBN kita kan naik terus, dan itu berjalan sambil kita menghemat anggaran. Bayangkan jika kita bisa menghemat sampai 10 persen dari dana-dana non untuk keperluan barang modal. Berarti, kita bisa menghemat sekitar Rp 60 triliun. Tentu, sebagian dana yang kita hemat itu bisa disisihkan untuk memperkuat pertahanan kita," lanjut Hatta.

Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha menambahkan, pada pertemuan lalu, ketiga direksi BUMN industri strategis memberikan pemaparan mengenai perkembangan BUMN-nya masing-masing di hadapan Presiden Yudhoyono dan menteri terkait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota DPR Usul 'Money Politics' Dilegalkan, KPK: Pejabat Nanti Cari 'Balik Modal'

Anggota DPR Usul "Money Politics" Dilegalkan, KPK: Pejabat Nanti Cari "Balik Modal"

Nasional
Profil Grace Natalie, Politikus PSI yang Jadi Stafsus Jokowi

Profil Grace Natalie, Politikus PSI yang Jadi Stafsus Jokowi

Nasional
Perkuat Komitmen NZE, PHE Teken Kerja Sama Carbon Capture dengan ExxonMobil

Perkuat Komitmen NZE, PHE Teken Kerja Sama Carbon Capture dengan ExxonMobil

Nasional
Pimpinan Komisi II DPR Kecewa Sirekap KPU Cuma Bikin Bingung Rakyat

Pimpinan Komisi II DPR Kecewa Sirekap KPU Cuma Bikin Bingung Rakyat

Nasional
Ridwan Kamil Maju di Pilkada DKI Jakarta Atau Jabar? Ini Jawaban Ketum Golkar

Ridwan Kamil Maju di Pilkada DKI Jakarta Atau Jabar? Ini Jawaban Ketum Golkar

Nasional
Sandra Dewi Terus Menunduk Sembari Jalan Masuk ke Mobil Usai Diperiksa Kejagung

Sandra Dewi Terus Menunduk Sembari Jalan Masuk ke Mobil Usai Diperiksa Kejagung

Nasional
Soal Duet Dico-Raffi di Pilkada Jateng, Airlangga: Kalau Survei Bagus, Bakalan Terus

Soal Duet Dico-Raffi di Pilkada Jateng, Airlangga: Kalau Survei Bagus, Bakalan Terus

Nasional
Kasus Gubernur Abdul Gani, KPK Geledah Kantor Dinas ESDM dan PTSP Maluku Utara

Kasus Gubernur Abdul Gani, KPK Geledah Kantor Dinas ESDM dan PTSP Maluku Utara

Nasional
Jadi Pembicara di Forum Ekonomi Qatar, Prabowo Bahas Pembangunan Negara dan Puji Jokowi

Jadi Pembicara di Forum Ekonomi Qatar, Prabowo Bahas Pembangunan Negara dan Puji Jokowi

Nasional
Demokrat: UU Kementerian Negara Belum Revisi Sejak 2008, Padahal Politik Dinamis

Demokrat: UU Kementerian Negara Belum Revisi Sejak 2008, Padahal Politik Dinamis

Nasional
Menyusul Penerapan KRIS, BPJS Tegaskan Belum Ada Penghapusan Kelas dan Iuran Masih Sama

Menyusul Penerapan KRIS, BPJS Tegaskan Belum Ada Penghapusan Kelas dan Iuran Masih Sama

Nasional
Pemerintah Tunda Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026

Pemerintah Tunda Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026

Nasional
KPK Benarkan JK Bakal Jadi Saksi Meringankan Kasus Eks Dirut PT Pertamina

KPK Benarkan JK Bakal Jadi Saksi Meringankan Kasus Eks Dirut PT Pertamina

Nasional
Buntut Kecelakaan di Subang, Kemenhub dan Polri Cek Massal Kelayakan Bus Pariwisata di 6 Provinsi

Buntut Kecelakaan di Subang, Kemenhub dan Polri Cek Massal Kelayakan Bus Pariwisata di 6 Provinsi

Nasional
'Revisi UU MK Bukan soal Penegakkan Konstitusi, Ini soal Kepentingan Politik Jangka Pendek'

"Revisi UU MK Bukan soal Penegakkan Konstitusi, Ini soal Kepentingan Politik Jangka Pendek"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com