Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serapan Beras Terhenti

Kompas.com - 09/10/2010, 03:40 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Serapan beras Perum Bulog Divisi Regional Jawa Barat terhenti sejak dua bulan lalu setelah harga beras di pasaran meningkat akibat berkurangnya pasokan. Petani lebih memilih menjual beras kepada tengkulak ketimbang Bulog sehingga dikhawatirkan mengganggu stok nasional.

Hingga awal Oktober, serapan beras Bulog Jawa Barat baru 373.000 ton atau 83 persen dari prognosa awal 450.000 ton. Sebenarnya, Bulog Jabar pernah menaikkan target serapan hingga 550.000 ton pada pertengahan tahun setelah melihat panen melimpah.

”Kemungkinan besar, kami hanya akan mencapai target awal 450.000 ton. Itu pun sambil berharap masih ada panen sebelum akhir tahun,” ujar Kepala Perum Bulog Divre Jabar Abdul Karim, Jumat (8/10) di Bandung.

Abdul menyebutkan, harga gabah kering giling (GKG) di pasaran saat ini Rp 3.500 per kg, sementara harga pembelian pemerintah untuk GKG Rp 3.300 per kg. Adapun harga beras medium Rp 5.700 per kg, sementara harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 5.060.

Di tempat terpisah, Sekretaris Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Jabar Rali Sukari menyatakan, produktivitas tanaman padi saat ini rata-rata turun dari 5-6 ton per hektar gabah kering panen (GKP) pada tahun lalu menjadi 4-5 ton. Penyusutan gabah menjadi beras saat ini lebih tinggi karena kadar air di bulir padi lebih banyak.

Ancaman rawan pangan

Di Sumatera Selatan, keterlambatan masa tanam akibat cuaca ekstrem berpotensi mengganggu siklus panen raya yang biasanya berlangsung November- Desember. Kondisi ini berpotensi menimbulkan rawan pangan.

Keterlambatan masa tanam ini perlu diwaspadai karena dapat berdampak cukup serius. Petani miskin atau petani penyewa lahan, misalnya, mulai kehabisan stok beras. Badaruddin (29), warga Kelurahan Pulokerto, Kecamatan Gandus, Palembang, adalah salah satu petani yang mengutarakan kekhawatiran ini.

Menurut dia, setiap petani biasanya selalu punya stok beras yang disisihkan dari sepertiga hasil panen. Stok diperkirakan habis setiap November, tetapi akan bertambah lagi ketika panen Desember.

”Namun, tahun ini banyak petani akan kesulitan. Sampai Oktober ini petani tak kunjung menanam, padahal stok beras hanya bisa bertahan hingga awal November. Beban petani akan bertambah berat karena harus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli beras,” katanya.

Menurut Haidir Rohimin, pengamat pertanian dari Banyuasin, kalau diasumsikan pada tahun ini semua petani rawa lebak tidak bisa menanam, Sumsel kehilangan potensi panen sekitar 500.000 ton. (gre/kor/oni)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com