Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Pangkal Pinang Rawan Pangan

Kompas.com - 06/10/2010, 18:51 WIB

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com — Kota Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), rawan pangan karena 100 persen ketersediaan pangan beras di daerah itu dipasok dari Pulau Jawa dan Sumatera.

Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kota Pangkal Pinang Sukamto, Rabu (6/10/2010), menyatakan, untuk memenuhi kebutuhan pangan warga, ketergantungan pasokan dari luar provinsi karena pertanian padi belum ada di Kota Pangkal Pinang.

"Ketersediaan beras sebagai kebutuhan pangan pokok warga rawan dan bisa terjadi kelangkaan apabila tersendatnya pasokan beras dari daerah sentra produksi beras dan memburuknya cuaca di perairan Babel yang mengakibatkan tidak beroperasinya kapal laut angkutan barang," ujarnya.

Ia menjelaskan, kebutuhan dan konsumsi beras warga Kota Pangkal Pinang sebanyak 45 ton per hari.

"Jumlah penduduk Kota Pangkal Pinang mencapai 168.000 jiwa dan rata-rata mengonsumsi satu hingga dua kilogram beras per hari," ujarnya.

Ketersediaan beras cukup mengkhawatirkan karena tingginya tingkat konsumsi beras warga seiring dengan beras merupakan makanan pokok yang harus ada dan dikonsumsi warga.

"Kita cukup mengkhawatirkan persediaan beras karena beberapa daerah sentra produksi beras mengalami gagal panen akibat perubahan cuaca yang cukup ekstrem dan bencana alam yang akan berdampak langsung pada ketersediaan beras dan harga beras di Kota Pangkal Pinang," ujarnya.

Namun, ketersediaan beras untuk memenuhi kebutuhan warga masih mencukupi seiring lancarnya pasokan beras dari daerah sentra produksi beras.

"Persediaan beras masih mencukupi meski harga beras dalam sebulan terakhir masih bertahan tinggi Rp 7.000 hingga Rp 7.500 per kilogram akibat kenaikan beras di daerah sentra produksi beras dan pengaruh tingginya biaya angkutan transportasi laut dan darat," ujarnya.

Untuk itu, diharapkan, warga mengonsumsi pangan lokal seperti ubi kayu, ubi jalar, ketela, dan lainnya sebagai makanan sampingan yang sehat dan mengurangi ketergantungan beras apabila terjadi kelangkaan beras tersebut.

"Kami mengharapkan warga untuk mengonsumsi ubi kayu, ubi jalar sebagai pengganti beras, dan makanan sampingan untuk mengurangi konsumsi beras," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com