Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan 'Polisi Tidur'

Kompas.com - 01/07/2010, 08:58 WIB

Oleh: Febri Diansyah

KOMPAS.com — Dalam sebuah pernyataannya, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) dengan bangga menyampaikan hasil penilaian audit reformasi birokrasi Polri yang positif, Kamis (3/6/2010).

Berdasarkan penilaian Kementerian Keuangan serta Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, indeks kinerja Polri mencapai 3,85, dari skala 1 sampai 4. Sebuah kado yang amat manis sebelum HUT ke-64 Bhayangkara.

Namun, di luar markas mereka, sebenarnya publik sedang "memendam bara" pada institusi ini. Setelah tahun lalu dinilai berkontribusi langsung terhadap pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hasil investigasi majalah Tempo pekan ini menemukan catatan yang mengejutkan tentang kekayaan para jenderal polisi.

Lima jenderal disebut terkait dengan transaksi keuangan mencurigakan. Di Polri sendiri, 21 perwira sedang ditelusuri. Masyarakat punya cara tersendiri "merayakan" ulang tahun Polri ini. Jumlahnya tak sedikit, mulai Rp 1,59 miliar hingga Rp 54 miliar. Bahkan, dari keterangan resmi pihak Mabes Polri sendiri, salah satu jenderal dengan kekayaan fantastis itu berkontribusi membangun salah satu perkantoran di kawasan Mabes Polri.

Indonesia Corruption Watch (ICW) pun melaporkan salah satu dugaan gratifikasi terkait rekening mencurigakan tersebut kepada KPK. ICW mencoba memotret dan melihat hubungan kausalitas antara aliran uang total Rp 95 miliar, pihak pemberi, dan kasus yang sedang ditangani.

Tenyata, kekayaan yang dilaporkan dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) berbeda dengan data yang ditemukan. Pemberitaan tentang rekening perwira polisi dan laporan ICW tersebut tentu akan mengusik "kenyamanan" di institusi kepolisian.

Akan tetapi, kita perlu bantah secara tegas pernyataan Divisi Humas Mabes Polri yang kurang lebih menyatakan 400.000 polisi tersinggung dengan pemberitaan tersebut. Karena hal ini justru semakin menempatkan polisi sebagai lawan jutaan masyarakat yang ingin kepolisian berbenah dan membersihkan segala noda di institusinya.

Lebih dari itu, kami yakin, sebagian besar anggota kepolisian merindukan rumahnya yang bersih. Di sisi lain, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebenarnya pernah melansir informasi tentang transaksi janggal tersebut. Tidak hanya terkait dengan para perwira kepolisian.

Dari tahun 2003 hingga Maret 2010, sebenarnya ada 2.118 transaksi keuangan mencurigakan dan 1.094 hasil analisis yang diserahkan PPATK kepada kepolisian. Namun, penyelesaian ribuan laporan tersebut tidak jelas hingga saat ini. Padahal, data tersebut sangat riskan menjadi "alat" praktik pemerasan dan mafia hukum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com