Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuda Sumba Datang dari Mana? (2)

Kompas.com - 20/03/2010, 13:05 WIB

KOMPAS.com- Pada zaman dahulu, kuda sering dipakai sebagai kendaraan perang oleh masyarakat Sumba. Pasola merupakan salah satu bukti kepiawaian pria Sumba menunggang kuda sambil berperang. Pasola juga merupakan ritual masyarakat penganut kepercayaan Merapu untuk meminta berkah para dewa agar panen berhasil baik.

Di Sumba Barat, ritual Pasola diadakan setiap tahun, antara bulan Februari dan Maret. Pasola merupakan atraksi adat dalam bentuk perang-perangan oleh dua kelompok berkuda beranggotakan sekitar 100 orang. Mereka saling berhadapan bersenjatakan tombak berujung tumpul.

Dalam satu dasawarsa terakhir tombak diganti dengan kayu yang dibuat seperti tombak. Terkadang ada korban jiwa dalam pasola. Namun tidak bisa diproses secara hukum. Masyarakat setempat percaya bahwa korban yang meninggal dunia dalam ritual itu sebagai hukuman para dewa kepada yang bersangkutan.

Kuda-kuda di Sumba hidup bebas di padang pengembalaan. Tak ada pagar yang membatasi ruang gerak mereka. Kecuali kuda pacu, yang dipelihara khusus. Harga kuda pacu bisa mencapai ratusan juta rupiah.  Sumba, terutama Sumba Timur kemudian dikenal sebagai daerah penangkaran kuda pada abad ke-19 ketika Belanda mulai memperbaiki kualitas kuda sumba dengan cara mengawinkan kuda sumba dengan kuda arab. Kawin silang inilah yang menghasilkan kuda sumba yang dikembangkan masyarakat Sumba sampai saat ini.

Kuda sandel atau kuda sumba sampai sekarang masih merupakan jenis kuda dengan populasi terbesar di Pulau Sumba dan dikirim  ke luar  Pulau Sumba antara lain ke Sulawesi, Jawa,  Madura, Bali, Jakarta bahkan ke Kalimantan untuk dipergunakan sebagai kuda tarik, kuda tunggang serta kuda pacu.  Kuda Sandelwood terkenal karena kekuatan dan daya tahan yang tinggi. Kondisi alam yang tidak ramah itu telah membentuk kuda sumba sebagai salah satu jenis kuda dengan stamina yang kuat.

Daya tahan tubuh kuda sandel telah teruji secara nasional dan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kelas penunggang terlama dan terjauh bersama penunggang asal Lembang, Jawa Barat, Billy Mamola pada Agustus 2008 lalu di Lembang, Jawa Barat. Kuda  Sumba mampu menempuh perjalanan  500 kilometer dari Lembang, Jawa Barat sampai ke Pangandaran, daerah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Sebagai pencinta kuda, Billy Mamola mengaku menjatuhkan pilihan pada kuda sumba karena kuda sumba mempunyai kuku yang sangat kuat.   Bily mengaku kagum dengan kuda sumba karena postur dan kukunya kuat.  Kekuatan kuda sumba yang bertumpu pada kuku diperkirakan disebabkan kondisi alam Sumba yang tandus dan berbukit-bukit serta cara pemeliharaan yang dilakukan secara ekstensif atau  dilepas bebas merumput di padang. Jenis makanan kuda Sumba dari rerumputan liar, kata Billy, diperkirakan ikut mempengaruhi kekuatan dan daya tahan kuda sumba.

Tentu saja ke depan,  peningkatan kualitas kuda sumba tidak sepenuhnya diserahkan kepada alam. Perbaikan kualitas menjadi prioritas. Sayang, Pemerintah Daerah Sumba Timur secara khusus belum  memiliki pusat pembibitan kuda suma yang memadai.

Bupati Sumba Timur, Drs. Gidion Mbilijora pernah mengungkapkan akan membangun pusat pembibitan kuda di daerah. Namun rencana itu tetap disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Saat ini pusat pembibitan kuda masih bergabung dengan sapi dan kerbau. Namun pusat-pusat pembibitan di masyarakat sebenarnya cukup banyak.

Salah satunya adalah pusat pembibitan milik Sukianto Untono. Bahkan kuda-kuda hasil penangkaran Sukianto sudah menembus pasar nasional dan pernah mencetak prestasi di tingkat nasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com