Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggi, Kematian Ibu Melahirkan dan Bayi di Papua

Kompas.com - 21/11/2008, 18:56 WIB

JAYAPURA, JUMAT - Kurangnya tenaga bidan desa menyebabkan angka kematian ibu melahirkan dan bayi di Provinsi Papua dan Papua Barat relatif tinggi. Karena itu program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dan tambahan tenaga bidan menjadi sangat penting. Demikian benang merah yang diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Papua, Bagus Sukasuara, dan Direktur Bina Kesehatan Ibu Departemen Kesehatan RI, Sri Hermiyanti Yunizarman, pada diskusi panel Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi, Jumat (21/11) di Jayapura, Papua.

Bagus mengatakan, angka kematian ibu melahirkan menurut data Badan Pusat Statistik Tahun 2006 di Papua sebanyak 396 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi sebanyak 52. Kondisi ini disebabkan antara lain kurangnya tenaga bidan atau tenaga kesehatan terlatih. "Bidan di Papua kurang banyak. Untuk dapat menjangkau pelayanan sampai ke masyarakat di desa-desa, berdasarkan topografi daerah dibutuhkan tenaga bidan 300 sampai 1.500 orang. Untuk bertugas di Papua diperlukan sepatu yang bagus dan kaki yang kuat," kata Bagus.

Menurut dia, pihaknya pernah menyediakan anggaran untuk pengangkatan 200 bidan desa, tetapi peluang itu tak terlaksana karena tak ada bidan yang mau bertugas di tanah Papua yang relatif unik dan beda dengan daerah lain di Indonesia. "Tenaga bidan yang ada saja cenderung berkurang dari tahun ke tahun karena mengikuti suami yang pindah tugas. Sebab suami bidan umumnya polisi dan tentara. Untuk tenaga bidan baru yang dibutuhkan, kalau tidak dari orang-orang daerah ini, sangat sulit. Ini persoalan krusial dan kritis, karena jumlah bidan yang ada tak cukup dari 60 persen dari jumlah minimal kebutuhan bidan. Kondisi ini perlu dicarikan jalan keluarnya, agar tanah Papua di masa mendatang bisa melahirkan bayi yang sehat, cerdas, dan produktif," jelasnya.

Menurut Bagus, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Papua masih di bawah 75 persen. Kalau hal ini bisa mencapai di atas 75 persen, inilah awal untuk harapan masa depan. Salah satu andalan untuk menekan tingginya angka kematian bayi adalah bidan.

Sri Hermiyanti Yunizarman menambahkan, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi adalah rendahnya akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas, utamanya terkait dengan tiga pesan kunci Making Pregnancy Safer, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

"Di Indonesia ada 13 provinsi yang angka kematian ibu melahirkan dan bayi di bawah 75 persen. Artinya, masih banyak pertolongan persalinan menggunakan cara-cara tradisional. Walaupun berpengalaman, dukun sulit membantu persalinan dengan penyulit yang sangat memerlukan tindakan media," jelasnya.

Menurut dia, tenaga kesehatan yang terampil dalam bidang klinis dan komunikasi akan dapat membantu ibu dan suami termasuk keluarga agar mampu membuat perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi, sehingga ibu dan bayi selamat. Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker merupakan upaya terobosan percepatan penurunan angka kematian ibu.

Program ini, lanjut Direktur Bina Kesehatan Ibu Departemen Kesehatan RI itu merupakan salah satu kegiatan Desa Siaga. "Dengan data dalam stiker, suami, keluarga, kader, dukun, bersama bidan di desa dapat memantau secara intensif keadaan dan perkembangan kesehatan ibu hamil, untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai tandar pada saat antenatal, persalinan dan nifas. Sehingga proses persalinan sampai dengan nifas termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman dan selamat, tidak terjadi kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan sehat dan selamat," papar Sri Hermiyanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com