YOGYAKARTA, SENIN - Sosok Panglima Besar Jenderal Soedirman patut menjadi contoh bagi kalangan muda bangsa ini. Selain memiliki rasa nasionalisme yang kuat, ia memiliki keimanan yang tinggi.
Dosen sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta A Adaby Darban menuturkan, sebelum masuk ke dunia militer, Soedirman adalah guru bagi temannya dan menjadi teladan di kalangan anak muda karena pernah aktif dan menjadi guru di Kepanduan Muhammadiyah Hizboel Wathon (Pembela tanah air), kemudian menjadi guru serta kepala sekolah di sekolah Muhammadiyah di Cilacap.
Selain menjadi guru, Soedirman adalah seorang muslim yang taat, pernah menjadi muballigh-juru dakwah. Ia dikenal sebagai juru dakwah yang mengedepankan pendekatan kultural dan persuasif yang rajin berkeliling di pedesaan dan perkotaan, dan bahkan juga mendirikan pusat dakwah. Pada saat telah menjadi Panglima pun Soedirman tetap suka mengaji di Pengajian Malem Selasa PP Muhammadiyah di gedung Pesantren Kauman Yogyakarta serta tetap tidak melupakan kegiatan dakwah di lingkungannya, ungkap Adaby Senin (10/11) di Yogyakarta.
Pengalaman aktif di Kepanduan Hizboel Wathon merupakan modal bagi Soedirman memasuki dunia kemiliteran. Karir kemiliteranya dimulai dari menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA) yaitu kesatuan militer yang dibentuk dan dilatih jepang. "Soedirman tumbuh dari persemaian muslim yang taat berkembang sebagai seorang guru sekolahan, guru masyarakat, dan guru militer yang handal," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.