Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iklan Rokok Kian Menjerumuskan

Kompas.com - 27/08/2008, 15:12 WIB

MAKIN meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk merokok tidak terlepas dari pengaruh tayangan iklan di media massa. Yang lebih memprihatinkan, iklan-iklan rokok semakin lihai  menjerat konsumen. Tidak jarang, hal-hal positif  diselipkan dan disalahgunakan untuk menanamkan persepsi tentang merokok yang sebenarnya menjerumuskan.

"Dalam peraturan memang tak boleh ada iklan yang menunjukkan display atau batang rokok. Tetapi perusahaan rokok ini pinter dan pembuat iklan yang dibayar mahal itu juga pinter. Mereka berupaya bagaimana caranya agar masuk dalam persepsi masyarakat bahwa it's oke untuk merokok.  Jadi, kemudian digunakanlah hal-hal positif dan saya kira ini sangat berpengaruh besar," ungkap psikolog Liza Marielly Djaprie M,Si (CH) dalam diskusi  bertajuk 'Iklan Rokok : Menjual Gaya Hidup yang membahayakan Hidup' di Jakarta, Rabu (27/8).

Liza menyatakan iklan-iklan yang menyalahgunakan hal positif itu misalnya yang memakai ilustrasi solidaritas dan keakraban teman.  "Dalam suatu iklan rokok misalnya digambarkan bagaimana seseorang yang rame-rame dengan temannya. Lalu ada pula yang kesusahan dibantu oleh teman-teman lain. Kesannya, merokok seakan-akan dapat mengakrabkan, dengan merokok seakan-akan ada norma-norma positif yang terbentuk," tambahnya.

Tayangan iklan seperti itu, kata Liza, jelas akan memberikan pengaruh besar dan menjerumuskan mereka yang menontonnya apalagi kalangan anak-anak dan remaja. Yang kemudian muncul adalah persepsi yang makin kuat bahwa merokok dapat memberikan hal yang positif.

Lebih jauh Liza menambahkan, iklan-iklan rokok di dunia termasuk di Indonesia pada umumnya masih menerapkan metode yang disebut subliminal adveritising.  Metode ini dilakukan dengan cara mengenalkan individu pada suatu merek rokok sedangkan individunya sendiri tak sadar kalau ia sedang dikenalkan pada rokok tersebut.

"Ketika seseorang telah melihat iklan, maka ia diyakini telah memasukkan iklan itu sebagai informasi tambahan dalam ingatannya. Di masa mendatang, ia berpotensi besar untuk bertindak dan mengambil keputusan atas dasar informasi tersebut," terang psikolog dari Universitas Indonesia tersebut.

Menurutnya, iklan model ini memang sangat efektif dalam mempengaruhi persepsi konsumen terutama kalangan anak-anak, remaja dan dewasa muda.

"Yang menjadi targetnya adalah kebanyakan anak--anak, remaja dan dewasa muda. Kenapa? Karena pola pikir mereka belum terlalu matang, cenderung labil sehingga masih mudah sekali untu dipengaruhi," ujarnya

Ditawari sample rokok
Fenomena kuatnya pengaruh iklan terhadap perilaku merokok khususnya kalangan remaja juga telah diperlihatkan hasil survey yang dilakukan Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KuIS) pada akhir 2007 lalu.  

Dalam survey terhadap 3040 wanita dengan kelompok usia 13-25, 16-19, dan 20-25 tahun di Jakarta dan Sumatera Barat  tampak bahwa hampir 50 persen partisipan mengaku melihat hal-hal yang mempengaruhi keputusan merokok dalam satu bulan terakhir.  

Tercatat 92 persen remaja putri melihat iklan rokok melalui tayangan  televisi, sedangkan 70,63 persen melalui poster.  Sebanyak 70 persen wanita muda kerap melihat promosi rokok pada pentas acara musik, olahraga dan kegiatan sosial lainnya.  

Dari survei juga ditemukan adanya partisipan yang menjadi sasaran promosi yang paling vulgar yakni menawarkan sample rokok. Ada  sekitar 10,22 persen perempuan kelompok usia 13-15 tahun mengaku pernah ditawari rokok gratis. Pada kelompok usia 16-19 tahun, yang ditawari rokok gratis mencapai 14,53 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com