Laporan wartawan Tribun Pontianak, Dian Lestari
PONTIANAK, MINGGU-Kurangnya observasi dan penelitian menyebabkan anggrek hutan di Kalimantan Barat rentan diserobot negara tetangga Malaysia. Jika hak paten anggrek khas Kalbar tidak segera dibuat, Malaysia bisa lebih dahulu mengklaimnya. "Jangan sampai anggrek asli Kalbar diakui milik Malaysia," kata Mintarsih.
Menurutnya, banyak anggrek hutan Kalbar dijual ke Malaysia. Letak geografis Kalbar yang berbatasan langsung dengan Malaysia memudahkan penjualan anggrek hutan lewat perbatasan. Penjual anggrek hutan tidak menyadari ancaman beralihnya flora langka ke negara tetangga. Anggrek asli Kalbar yang terancam punah akibat pembabatan hutan, dikembangbiakkan oleh Malaysia.
Seperti anggrek 'ekor tikus' jenis paraphalaenopsis deneveiyang berasal dari Kabupaten Sintang kini sulit ditemukan. "Sekarang saya belum melihat langsung paraphalaenopsis denevei di Sintang. Justru saya melihat pengembangbiakannya di Kuala Lumpur, Malaysia," ujar Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PAI Kalbar, Priambodo, di kediamannya Komplek Sumatera Indah.
Priyambodo mengatakan anggrek ekor tikus Paraphalaenopsis denevei berasal dari Kabupaten Sintang, ditemukan pada zaman penjajahan Belanda. Penemunya adalah orang Belanda di Sintang yang bekerja di perkebunan. Paraphalaenopsis denevei bentuk daunnya mirip ekor tikus, makanya disebut anggrek ekor tikus. Panjang daun mencapai 40 centimeter, menjuntai ke tanah. Bentuk bunganya kecil, mahkota bunga berwarna kuning pucat dan lidah mahkotanya berwarna merah. Kemunculan Paraphalaenopsis denevei di Kuala Lumpur tidak mengherankan bagi Mintarsih.
Dia meyakini Malaysia sudah mengambil dan membeli jenis anggrek ekor tikus langka tersebut. Sayangnya pemerintah Indonesia tidak tanggap terhadap ancaman. PAI Kalbar, kata Mintarsih, sering meminta pemerintah segera menerbitkan hak paten anggrek Kalbar. Tapi hingga kini, Mintarsih belum melihat realisasi kesungguhan pemerintah membuat hak paten. "Ditanggapi dengan kata iya saja," ujarnya.