JAKARTA, KOMPAS – Kepala Jawatan Hidro Oseanografi (Kajanhidros) TNI Angkatan Laut Laksma Willem Rampangilei mengatakan pihaknya berhasil mendeteksi sejumlah benda di dasar laut, yang diduga bagian dari reruntuhan pesawat patroli maritim Nomad P 833, yang beberapa waktu lalu jatuh di perairan Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam, dan menewaskan sejumlah penumpangnya.
Hal itu disampaikan Willem, Selasa (8/1), usai menghadiri acara serah terima jabatan Panglima TNI dari Marsekal Djoko Suyanto ke Jenderal Djoko Santoso di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta. Dari hasil deteksi itu pihaknya kemudian berupaya melakukan klarifikasi.
“Kami menemukan beberapa benda berbentuk kotak di kedalaman 120 meter. Kami belum tahu pasti apa benda itu reruntuhan (pesawat Nomad) namun panjangnya sekitar tujuh meter dan berada di sekitar lokasi jatuhnya pesawat,” ujar Willem.
Menurut Willem, proses klarifikasi nantinya dilakukan dengan melibatkan tim penyelam dengan kemampuan khusus, yang juga dilengkapi sejumlah peralatan khusus. Peralatan khusus diperlukan untuk mendeteksi benda di kedalaman lebih dari 60 meter.
Soal dua penumpang pesawat yang sampai sekarang masih belum ditemukan, Willem memperkirakan kedua korban tewas dan masih terikat di tempat duduk masing-masing. Namun ada pula kemungkinan jenazah terserewt arus.
“Radius pencarian akan kami perluas mulai hari ini, dari sebelumnya 1x3 mil laut (nautical miles). Selain masalah kedalaman, tantangan lainnya adalah kondisi dasar laut yang terjal dan curam mulai dari wilayah pantai sampai jarak 700 meter,” ujar Willem.
Lebih lanjut tambah Willem, dalam proses itu pihak TNI AL juga mengerahkan satu kapal perang KRI Pulau Rusa, yang punya sepesifikasi kemampuan melacak ranjau. Kapal perang itu juga diperlengkapi dengan teknologi scanning sonar, multi-beam sonar portable, dan magneto meter dengan peralatan sistem nagivasi milik institusinya.