Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komite Etik Munaslub Golkar Harus Cermat

Kompas.com - 11/05/2016, 15:30 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, Komite Etik Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar harus menyelidiki secara cermat dan mendalam terkait pertemuan yang dilakukan bakal calon ketua umum dengan pimpinan daerah Golkar.

Menurut dia, meski ada larangan bertemu, bukan berarti terjadi transaksi politik dalam setiap pertemuan.

"Yang perlu dicermati oleh panitia, apakah di dalam pertemuan-pertemuan itu ada perjanjian yang tidak patut. Misalnya perjanjian memberikan uang dan timbal balik atau sejenisnya," ujar Ray kepada Kompas.com, Rabu (11/5/2016).

Menurut Ray, pertemuan antara bakal calon dan para pimpinan daerah yang memiliki hak suara dalam Munaslub adalah hal yang wajar. Misalnya, untuk menyampaikan visi dan misi mereka.

Larangan yang kaku, dinilainya akan membatasi ruang komunikasi antara calon pemimpin dan pemilik suara.

"Jika dilakukan secara formal misalnya melalui jam tertentu, waktu tertentu tidak akan optimal pertemuan-pertemuan itu. Menjadi lucu juga karena tidak ada ruang kreasi (berkomunikasi)," tuturnya.

Lain halnya jika ditemukan bukti ada transaksi politik dalam pertemuan itu. Komite Etik harus memberikan sanksi tegas jika membuktikan adanya pelanggaran. 

Tindakan pelanggaran oleh para bakal calon ketum akan mencoreng upaya mengembalikan citra partai.

"Salah satu visi dari Munas ini kan sebenarnya mau menjernihkan kembali nama Golkar di mata masyarakat, bahwa Golkar sedang berupaya bersih dari politik-politik uang," kata Ray.

Sebelumnya, Ketua Tim Komite Etik Munaslub Partai Golkar Fadel Muhammad membenarkan adanya calon ketua umum yang kepergok melakukan pertemuan terselubung dengan Pimpinan DPD I Golkar Kalimantan Barat di Hotel Grand Melia Jakarta pada Selasa sekira pukul 12.00-13.00 WIB.

Bakal calon yang diketahui mengadakan pertemuan itu adalah Ade Komarudin.

"Ia benar (Ade Komarudin). Dia datang langsung," kata Fadel Muhammad saat dihubungi.

Fadel mengatakan, komite etik memang menugaskan 40 orang untuk memantau kegiatan para calon ketua umum.

Tim pemantau kemudian mendapat informasi bahwa Ade akan mengadakan pertemuan dengan pimpinan DPD I di Hotel Grand Melia.

"Si Butarbutar yang nangkap. Tapi belum ada bukti kalau dia memberikan (uang)," ucap Fadel.

Fadel mengatakan, tim komite etik akan segera menyidangkan kasus ini di Bali pada Kamis (12/5/2016).

Sanksi yang akan diberikan akan diputuskan dalam sidang itu.

"Kalau cuma ketemu enggak apa-apa. Transaksi yang enggak boleh," kata dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

Nasional
Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

Nasional
37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

Nasional
Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

Nasional
7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

Nasional
Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

Nasional
Tapera Dikhawatirkan Jadi Ladang Korupsi seperti Jiwasraya dan Asabri

Tapera Dikhawatirkan Jadi Ladang Korupsi seperti Jiwasraya dan Asabri

Nasional
Permintaan Otoritas Thailand, Chaowalit Si Buron Nomor 1 Tak Ditampilkan Saat Jumpa Pers

Permintaan Otoritas Thailand, Chaowalit Si Buron Nomor 1 Tak Ditampilkan Saat Jumpa Pers

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas, Menteri LHK: Mereka kan Punya Sayap Bisnis

Soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas, Menteri LHK: Mereka kan Punya Sayap Bisnis

Nasional
Bantah Bagi-bagi Kue dengan Izinkan Ormas Kelola Pertambangan, Menteri LHK: Ayo Lihat Dasarnya...

Bantah Bagi-bagi Kue dengan Izinkan Ormas Kelola Pertambangan, Menteri LHK: Ayo Lihat Dasarnya...

Nasional
Kewenangan Polri Blokir-Batasi Akses Internet Dianggap Langgar Hak Mendapat Informasi

Kewenangan Polri Blokir-Batasi Akses Internet Dianggap Langgar Hak Mendapat Informasi

Nasional
Jokowi Terima Kunjungan Menteri Iklim Norwegia di Istana, Bahas Masalah Sawit hingga Aksi Iklim

Jokowi Terima Kunjungan Menteri Iklim Norwegia di Istana, Bahas Masalah Sawit hingga Aksi Iklim

Nasional
Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Diisi Petinggi Gerindra, Dasco: Itu Hak Presiden Terpilih

Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Diisi Petinggi Gerindra, Dasco: Itu Hak Presiden Terpilih

Nasional
Pertiwi Pertamina Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan dan Kesejahteraan Holistik Pekerja Pertamina

Pertiwi Pertamina Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan dan Kesejahteraan Holistik Pekerja Pertamina

Nasional
Fraksi PDI-P Usul Pasal TNI Bisa Pensiun Usia 65 Tahun Dikaji Ulang

Fraksi PDI-P Usul Pasal TNI Bisa Pensiun Usia 65 Tahun Dikaji Ulang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com