Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Pansus Freeport Tetap Perlu Dibentuk

Kompas.com - 18/12/2015, 10:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Pangi Syarwi Chaniago menilai, Panitia Khusus PT. Freeport tetap harus dibentuk oleh parlemen. Langkah itu untuk menelaah potensi pelanggaran undang-undang oleh pihak terkait dalam operasionalisasi perusahaan AS itu di Tanah Air.

"Saya kira pansus Freeport perlu dibentuk sebagai bagian proses untuk menyelidiki ada tidaknya pelanggaran Undang-Undang Minerba terkait perpanjangan kontrak, ekspor konsentrat dan pembangunan 'smelter'," ujar Pangi dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat (18/12/2015), seperti dikutip Antara.

Pangi mengatakan, publik ingin mengetahui sejauh mana tanggung jawab PT. Freeport dalam hal divestasi saham, hingga pembangunan "smelter". Pansus Freeport diyakini mampu menguak hal-hal tersebut.

Lebih jauh dari sisi hukum, Pangi mengatakan, pansus juga dapat menyelidiki ada tidaknya pelanggaran yang dilakukan eksekutif dalam eksistensi PT. Freeport selama ini. (baca: Tak Lagi Menumpang Mobil Dinas RI 6, Novanto Hadiri Rapat Pimpinan DPR)

Pangi meminta pengawasan publik tidak hanya tertuju pada legislatif, tetapi juga terhadap pemerintah.

Pembentukan Pansus Freeport sebelumnya diwacanakan oleh sejumlah anggota DPR. (baca: Fahri Hamzah: Kalau Bisa, Pansus Freeport Disahkan Sebelum Reses)

Usul itu muncul di tengah proses pengusutan kasus yang menjerat Setya Novanto terkait dugaan permintaan saham Freeport dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo-Wapres Jusuf Kalla. (baca: Usulkan Pansus Freeport, Golkar Dinilai Berupaya Hentikan Kasus Novanto di MKD)

Namun ternyata, dalam proses di MKD itu tidak ada putusan terhadap dugaan pelanggaran kode etik Novanto. (baca: Sidang MKD dan Skenario Setya Novanto Dianggap Menipu Rakyat)

Adapun proses di Kejaksaan Agung terkait dugaan permufakatan jahat masih diproses. Kejaksaan mengusut soal pertemuan antara Novanto, pengusaha Riza Chalid, dan Presiden Direktur PT Freeport Maroef Sjamsoeddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com