Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadli Zon: Masa Kita Mau Bilang Tidak Suka Donald Trump?

Kompas.com - 14/09/2015, 12:21 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai wajar jika Ketua DPR Setya Novanto sempat mengklaim bahwa rakyat Indonesia menyukai sosok bakal calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Novanto menyampaikan hal tersebut kepada Trump saat menghadiri kampanye di Trump Tower, New York, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu.

"Ada pertanyaan, 'Apakah rakyat Indonesia suka dengan saya (Trump)?' Masa kita mau bilang tidak suka?" kata Fadli Zon dalam jumpa pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/9/2015).

Fadli menambahkan, Novanto sama sekali tidak mempunyai niatan untuk mendukung Donald Trump sebagai calon presiden AS dengan ucapannya tersebut. Menurut dia, Novanto hanya berusaha menunjukkan adat timur yang sopan dan santun. (Baca: Ditanya soal Jam Tangan, Ini Reaksi Setya Novanto)

Terlebih lagi, lanjut Fadli, Donald Trump merupakan pengusaha besar yang mempunyai investasi di Indonesia. Menurut dia, semua pengusaha yang investasi di Indonesia pasti disukai rakyat Indonesia.

"Orang Indonesia enggak ada urusan. Kalau ada investasi di Indonesia, ya berarti rakyat suka," ucapnya. (Baca: "Novanto Bertemu Trump untuk Investasinya Sendiri")

Adapun Novanto yang juga hadir dalam jumpa pers itu hanya mengangguk mendengar ucapan Fadli. (Baca: Hary Tanoe-Donald Trump Berkolaborasi Bangun Kawasan Wisata di Bogor)

Dalam jumpa pers yang digelar di Trump Tower, Donald Trump sempat memperkenalkan Setya Novanto kepada massa pendukungnya. Dalam kesempatan itu, Trump bertanya kepada Setya Novanto, "Apakah rakyat Indonesia menyukai saya?"

Lantas, Novanto pun menjawab, "Ya".

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai, jawaban tersebut membuat Ketua DPR seolah-olah dimanfaatkan oleh Trump.

"Jawaban dan kehadiran Setya Novanto yang diperkenalkan sebagai Ketua DPR seolah memberi endorsement atas kampanye Trump. Tanpa disadari, Ketua DPR dari sebuah negara besar dengan jumlah Muslim terbesar dan demokratis telah dimanfaatkan oleh Donald Trump," kata Hikmahanto dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Sabtu (5/9/2015).

Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI tengah memproses masalah tersebut. Pada Senin siang, MKD akan memanggil Sekjen DPR Winantuningtyastiti dan Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen Nurhayati Ali Assegaf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com