Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memperjelas Sejarah Bangsa yang Samar

Kompas.com - 15/06/2015, 15:00 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Masih ada peristiwa sejarah Indonesia yang samar dan belum terungkap. Kontroversi tempat kelahiran Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, adalah salah satunya. Kesimpangsiuran soal tempat kelahiran sang Bapak Bangsa dan ketidakjelasan sejumlah peristiwa sejarah lainnya menyiratkan pentingnya mengkaji kembali peristiwa sejarah Indonesia yang belum jelas.

Dalam masyarakat kita, publik lebih mengenal Soekarno seperti yang disebutkan di dalam buku pelajaran sekolah. Soekarno adalah presiden pertama RI, proklamator kemerdekaan RI, dan pahlawan nasional. Namun, pengenalan terhadap Soekarno sebagai pribadi, termasuk tempat kelahirannya, masih menuai kontroversi.

Hal itu terungkap dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas, pekan lalu, yang coba menggali sosok Soekarno menurut pandangan publik dan konteks sejarah yang menyertainya. Mayoritas responden menyebutkan Soekarno sebagai sosok seperti yang banyak ditulis di dalam buku pelajaran. Hanya sedikit responden yang menyebut Soekarno sebagai penggagas Pancasila atau peletak dasar bangsa.

Tak hanya sosok Soekarno, pengenalan publik terhadap ajaran-ajaran Soekarno juga sangat terbatas. Nasionalisme serta rela berkorban untuk negara dan bangsa merupakan gagasan dan nilai-nilai yang paling banyak disebut publik sebagai ajaran Soekarno. Namun, tak satu responden pun dalam jajak pendapat ini yang menyebutkan tentang marhaenisme sebagai gagasan yang diajarkan oleh Soekarno.

Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai ajaran Soekarno tidak terlepas dari minimnya upaya pemberian materi tentang Soekarno di sekolah-sekolah. Enam dari 10 responden menyatakan materi mengenai sejarah Soekarno yang diberikan di sekolah masih belum memadai.

Di mana Soekarno dilahirkan sempat menjadi kontroversi. Ada dua versi tentang tempat kelahiran Soekarno, yaitu Blitar dan Surabaya, keduanya di Jawa Timur. Polemik ini kembali menghangat ketika pada peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2015, Presiden Joko Widodo dalam pidatonya menyebut Soekarno dilahirkan di Blitar.

Penyebutan Soekarno lahir di Blitar ditemukan dalam laman Tropenmuseum. Sumber ini dijadikan referensi pidato Presiden. Selain sumber tersebut, penyebutan Blitar sebagai tempat lahir Soekarno juga tercantum di buku-buku pelajaran sekolah.

Dalam seminar Pelurusan Sejarah Soekarno di Surabaya, 28 Agustus 2010, yang diikuti oleh para sejarawan dan politikus, disebutkan, Soekarno dilahirkan di Surabaya. Sejumlah literatur, termasuk buku biografi Soekarno sebelum 1970, tertulis Soekarno lahir di Surabaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

Nasional
Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan 'Autogate' Imigrasi Mulai Beroperasi

Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan "Autogate" Imigrasi Mulai Beroperasi

Nasional
Satgas Judi 'Online' Akan Pantau Pemain yang 'Top Up' di Minimarket

Satgas Judi "Online" Akan Pantau Pemain yang "Top Up" di Minimarket

Nasional
Maju Pilkada Jakarta, Anies Disarankan Jaga Koalisi Perubahan

Maju Pilkada Jakarta, Anies Disarankan Jaga Koalisi Perubahan

Nasional
Bareskrim Periksa Pihak OJK, Usut soal Akta RUPSLB BSB Palsu

Bareskrim Periksa Pihak OJK, Usut soal Akta RUPSLB BSB Palsu

Nasional
Kemenkominfo Sebut Layanan Keimigrasian Mulai Kembali Beroperasi Seiring Pemulihan Sistem PDN

Kemenkominfo Sebut Layanan Keimigrasian Mulai Kembali Beroperasi Seiring Pemulihan Sistem PDN

Nasional
Indonesia Sambut Baik Keputusan Armenia Akui Palestina sebagai Negara

Indonesia Sambut Baik Keputusan Armenia Akui Palestina sebagai Negara

Nasional
Tanggapi Survei Litbang 'Kompas', Ketum Golkar Yakin Prabowo Mampu Bawa Indonesia Jadi Lebih Baik

Tanggapi Survei Litbang "Kompas", Ketum Golkar Yakin Prabowo Mampu Bawa Indonesia Jadi Lebih Baik

Nasional
Dispenad Bantah Mobil Berpelat Dinas TNI AD di Markas Sindikat Uang Palsu Milik Kodam Jaya

Dispenad Bantah Mobil Berpelat Dinas TNI AD di Markas Sindikat Uang Palsu Milik Kodam Jaya

Nasional
Berikan Dampak Perekonomian, Pertamina Pastikan Hadir di MotoGp Grand Prix of Indonesia 2024

Berikan Dampak Perekonomian, Pertamina Pastikan Hadir di MotoGp Grand Prix of Indonesia 2024

Nasional
Sejumlah Elite Partai Golkar Hadiri Ulang Tahun Theo Sambuaga

Sejumlah Elite Partai Golkar Hadiri Ulang Tahun Theo Sambuaga

Nasional
Soal Pengalihan Kuota Tambahan Haji Reguler ke Haji Khusus, Timwas DPR RI: Kemenag Perlu Mengkaji Ulang

Soal Pengalihan Kuota Tambahan Haji Reguler ke Haji Khusus, Timwas DPR RI: Kemenag Perlu Mengkaji Ulang

Nasional
Rapat dengan Kemenag, Timwas Haji DPR Soroti Masalah Haji 'Ilegal'

Rapat dengan Kemenag, Timwas Haji DPR Soroti Masalah Haji "Ilegal"

Nasional
Merespons Survei Litbang 'Kompas', Cak Imin Minta DPR Tak Berpuas Diri

Merespons Survei Litbang "Kompas", Cak Imin Minta DPR Tak Berpuas Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com