Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TNI AU Deteksi Ada Ratusan Kapal Ilegal di Laut Aru

Kompas.com - 09/12/2014, 17:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pesawat intai milik TNI Angkatan Udara Boeing 737 AI-7302 berhasil mendeteksi ratusan kapal pelaku penangkapan ikan secara ilegal yang beraktivitas di Laut Aru, Senin (8/12/2014).

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta, Selasa, mengatakan, pesawat yang dilengkapi dengan kemampuan foto udara tersebut diterbangkan atas permintaan Kemenko Kemaritiman yang menduga banyaknya penangkapan ikan secara ilegal di perairan tersebut.

Menurut dia, Boeing 737 tersebut diterbangkan ke sasaran dengan rute Merauke-Laut Arafuru-Merauke dengan nama operasi "Sayap Maleo 2014", dan berhasil merekam kegiatan kapal-kapal itu di perairan Laut Aru.

Pesawat intai yang dipiloti oleh Kapten Pnb Hendro Sukadani tersebut, kata dia, menangkap obyek ratusan kapal ukuran besar tengah melakukan aktivitas mencurigakan. Setelah mengidentifikasi secara visual, terlihat bahwa kapal-kapal tersebut menggunakan bendera Merah Putih untuk menyamarkan identitasnya.

"Identifikasi dan hasil foto target kapal tersebut segera dilaporkan ke Kemenko Kemaritiman untuk tindakan selanjutnya," ucap Hadi.

Di tempat terpisah, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pun mengaku tak gentar menghadapi kapal-kapal pencuri ikan walau bentuknya besar, dan yakin bahwa TNI mampu menenggelamkannya.

"Mau sebesar apa pun (kapalnya) kalau maling ya diselesaikan. Kalau mencuri terus, tidak ada surat-surat, kemudian berulang kali diingatkan, dilepaskan mencuri lagi, ya ditenggelamkan saja," tekan Ryamizard seusai acara pengangkatannya sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir di Bumi Marinir, Cilandak, Jaksel, Selasa.

Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa sebelum kapal asing pencuri ikan ditenggelamkan, awak-awak kapal tersebut terlebih dahulu dievakuasi.

"Jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang salah kaprah dengan menilai kapal pencuri ikan ditenggelamkan bersama awak kapalnya," tuturnya.

Ia yakin kekuatan kemaritiman Indonesia melebihi negara-negara tetangga sehingga bisa menanggulangi pencurian ikan.

"Kapal kita cukup dibanding negara tetangga. Kita kan nomor 19 di seluruh dunia, nomor 9 di Asia Pasifik. Berarti kan di negara tetangga, kita yang baik saat ini. Tentara dibuat untuk menjaga kedaulatan. Diberdayakan, harus. Ingat ya, di dunia ini ada 3 negara besar yang punya marinir kuat, salah satunya Indonesia," sambung Ryamizard.

Menhan mengatakan akan terus meningkatkan keamanan kemaritiman Indonesia, mengingat perairan Indonesia yang sangat luas sehingga banyak sekali terjadi pencurian ikan oleh nelayan-nelayan negara tetangga.

"(Keamanan kemaritiman Indonesia) ke depan juga pasti, setiap tahun pasti ditingkatkan, pasti dimodernisasi, pasti itu, karena itu tugas kita. Hampir seluruhnya (perairan Indonesia rawan pencurian ikan), terutama di bagian Timur. Indonesia Timur itu lautnya mampu menghidupi separuh penduduk dunia. Bayangkan, begitu banyak ikannya," tutur Ryamizard.

Terkait kapal-kapal milik nelayan Vietnam yang diledakkan oleh TNI AL beberapa waktu lalu, Ryamizard memastikan hubungan diplomasi antara Indonesia dan Vietnam masih tetap baik.

Peledakan kapal dilakukan sebagai tindakan hukum atas pelanggaran oknum nelayan di wilayah Indonesia, bukan terhadap pemerintahnya.

"Kita tetap bersahabat dengan Vietnam, dengan siapa saja negara-negara ASEAN. Ikatan ASEAN tetap harus kuat. Akan tetapi, namanya maling, jangankan Vietnam, orang kita sendiri kalau maling ya ditangkap," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com