Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Pastikan Seleksi Ketua MK Pengganti Hamdan Zoelva Dilakukan Terbuka

Kompas.com - 03/12/2014, 18:02 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah hanya memiliki waktu satu bulan untuk mencari pengganti Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva yang akan segera mengakhiri tugasnya pada 6 Januari 2015. Meski memiliki waktu yang sempit, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly memastikan proses seleksi akan dilakukan secara terbuka.

"Seharusnya begitu, terbuka saja," kata Yasonna di Istana Kepresidenan, Rabu (3/12/2014).

Yasonna mengaku, pemerintah saat ini belum melakukan seleksi hakim konstitusi untuk mencari Hamdan Zoelva. Namun, pemerintah tetap berencana akan membentuk panitia seleksi yang akan melakukan proses rekrutmen secara transparan. Saat ditanya soal mekanisme seleksi yang akan dilakukan, Yasonna mengaku pemerintah sedang membahasnya.

Selama ini, proses penunjukan hakim konstitusi yang dilakukan pemerintah berlangsung tertutup. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, publik hanya bisa mengetahui hasil penunjukan presiden, seperti yang terjadi pada penunjukan Patrialis Akbar.

Penunjukan Patrialis itu kemudian mendapat penolakan dari Koalisi Masyarakat Sipil (KMS) yang merasa bahwa penunjukan Patrialis sangat tertutup dan tidak melibatkan penilaian masyarakat. Apalagi, Patrialis adalah Menteri Hukum dan HAM yang pernah dicopot sendiri oleh Presiden SBY.

Tiga hakim Mahkamah Konstitusi (MK) bakal habis masa jabatannya pada tahun 2015. Mereka adalah Ketua MK Hamdan Zoelva, Achmad Fadlil Sumadi dan Muhammad Alim.

Pengganti Hamdan tergantung kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Hamdan merupakan hakim MK yang diusung pemerintah. Sedangkan Sumadi dan Alim ialah hakim MK yang berasal dari unsur Mahkamah Agung (MA). MA sendiri sudah melakukan rekrutmen calon hakim MK dan telah memilih

Sekadar informasi, pada 6 Januari 2010, Hamdan menjadi hakim MK. Pada 1 November 2013, Hamdan terpilih sebagai Ketua MK periode 2013-2016, menggantikan Akil Mochtar yang terjerat kasus suap sengketa sejumlah pilkada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang Online dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang Online dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com