Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian Aktivis Parlemen Terpental

Kompas.com - 25/04/2014, 16:31 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Kendati perolehan suara pemilihan umum legislatif belum selesai direkapitulasi, sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat diperkirakan gagal duduk kembali di parlemen. Padahal, sebagian calon anggota legislatif petahana yang gagal meraih kursi itu merupakan wakil rakyat yang tergolong aktif menjalankan tugas dan fungsi mereka.

Mereka antara lain adalah Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dari Fraksi Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari di daerah pemilihan Jawa Tengah IV. "Suara saya tetap sebanyak Pemilu 2009, tetapi kali ini ada yang mengungguli suara saya. Jadi, ya, tidak aman," kata Hajriyanto saat dihubungi, Kamis (24/4/2014). Hajriyanto memperoleh sekitar 42.000 suara.

Unsur pimpinan MPR yang juga diperkirakan gagal mempertahankan kursi di parlemen adalah Wakil Ketua MPR Melani Leimena yang maju dari Partai Demokrat di daerah pemilihan DKI Jakarta II.

Hal yang sama diperkirakan terjadi pada Lukman Hakim Saifuddin yang mencalonkan diri dari Partai Persatuan Pembangunan di daerah pemilihan Jateng VI. Saat dikonfirmasi, Lukman hanya mengatakan belum bisa memastikan hasil pemilu legislatif. Pasalnya, penghitungan suara masih terus dilakukan.

Sebagian besar unsur pimpinan DPR juga diperkirakan tak terpilih kembali. Mereka, antara lain, Ketua DPR Marzuki Alie (Partai Demokrat) dari daerah pemilihan DKI Jakarta III dan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso (Partai Golkar) yang maju dari daerah pemilihan Jawa Timur I.

Selain itu, sejumlah anggota DPR yang aktif menjalankan tugas dan fungsinya juga gagal kembali ke parlemen. Salah satunya anggota Komisi III dari Fraksi PDI-P, Eva Kusuma Sundari, yang mencalonkan diri dari daerah pemilihan Jatim VI.

Menurut Eva, PDI-P meraih tiga kursi di daerah pemilihan Jatim VI. Sesuai ketentuan, tiga kursi itu diberikan kepada tiga caleg PDI-P dengan suara terbanyak. "Suara saya 45.000-an, ada di posisi kelima,” katanya.

Anggota Komisi VIII dari Partai Golkar, Ace Hasan Sadzily, juga gagal mempertahankan kursi. Perolehan suara Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar itu lebih rendah daripada Andika Hazrumy, anak Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, di daerah pemilihan Banten I.

Politik uang

Eva mengungkapkan, ada dua persoalan yang membuat perolehan suara berkurang dalam Pemilu Legislatif 2014. ”Pertama, politik uang,” katanya.

Politik uang, lanjut Eva, memang diburu atau dibiarkan terjadi di daerah oleh para pemilih. ”Saya sudah bernegosiasi agar tidak menggunakan uang,” katanya.

Kedua, menurut Eva, adalah kecurangan setelah penghitungan suara. Praktik membayar saksi untuk mendapatkan tambahan suara atau membeli suara parpol salah satu contohnya.

Hajriyanto berpendapat, uang menjadi salah satu pertimbangan pemilih dalam pemilu. Akan tetapi, dia tidak ingin menuduh caleg lain melakukan politik uang.

”Bisa jadi faktor ikatan kedaerahan (putra daerah), ikatan pertalian darah, pertemanan, dan faktor keyakinan juga menjadi pertimbangan pemilih,” tuturnya. Dengan demikian, apa pun hasilnya, pilihan rakyat harus tetap dihormati.

Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, Airlangga Pribadi, berpendapat, banyaknya politikus progresif yang kalah menunjukkan pertarungan politik semakin keras. Kompetisi antarcaleg sesama partai semakin ketat karena tuntutan penerapan sistem pemilihan proporsional daftar terbuka.

Fenomena itu juga menunjukkan kuatnya modal politik yang dimiliki politikus lokal. Terbukti banyak orang kuat lokal yang berhasil menghimpun modal politik dan ekonomi di tingkat lokal yang berhasil masuk level pertarungan politik lebih tinggi di tingkat nasional.

Pengamat politik Joko Susanto berpandangan, munculnya wajah baru ke Senayan yang menggeser caleg petahana yang lebih populer disebabkan dua hal, yakni caleg baru lebih intensif berinteraksi dengan massa akar rumput dan lewat transaksi politik uang.

Untuk meminimalkan praktik politik uang, Joko menilai, pemerintah perlu memisahkan pemilu untuk memilih anggota DPR dengan pemilihan anggota DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan DPD.

Pemerintah juga perlu mempertimbangkan pemilu legislatif yang memperebutkan 1 kursi untuk 1 daerah pemilihan. Dengan begitu, caleg terpilih akan lebih bertanggung jawab terhadap konstituen di daerah yang telah memercayainya. (NTA/FER/ILO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Nasional
Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

Nasional
Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Nasional
Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Nasional
Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Nasional
Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Nasional
Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com