Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Papua Bantah Ada Kelompok Separatis, Hanya Ada Kelompok Kriminal

Kompas.com - 28/01/2014, 16:05 WIB
Icha Rastika

Penulis


BOGOR, KOMPAS.com -
Gubernur Papua Lukas Enembe dan Gubernur Papua Barat Abraham Octavianus Atururi membantah adanya kelompok bersenjata yang berkeinginan agar Papua merdeka. Menurut mereka, kelompok bersenjata di Papua bukan gerakan separatisme, melainkan pelaku tindakan kriminal.

"Sekarang yang terjadi ini, sekelompok orang bersenjata yang menurut saya sebenarnya kriminal karena kelompok ini dengan berbagai tuntutan kebutuhan memegang senjata. Dengan demikian, saya anggap kriminal, bukan berjuang minta merdeka. Begitu dia lakukan penembakan, dia meminta tuntutan, ini kan saya anggap kriminal," kata Lukas di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/1/2014).

Kedua pemimpin Papua itu hadir di Istana Bogor untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri membahas evaluasi Undang-Undang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.

Lukas mengaku sudah melakukan rekonsiliasi dengan kelompok-kelompok bersenjata tersebut. Dia juga mengaku telah berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah setempat untuk melaksakan operasi penegakan hukum di Papua.

"Kita sudah meminta Kapolda (Irjen Tito Karnavian) agar operasi penegakkan hukum dilakukan. Ini negara hukum," kata Lukas.

Lukas menambahkan, tidak semua daerah di Papua rawan konflik. Menurutnya, konflik di Papua cenderung terjadi karena persoalan lokal seperti ketidakpuasan atas hasil pemilihan umum.

"Bukan karena ingin merdeka tetapi persoalan lokal, pilkada kubu yang satu sudah menang, kubu lainnya hasut," katanya.

Karena itu, lanjut Lukas, Pemprov Papua menginginkan agar pemilu di Papua tidak dilakukan melalui mekanisme langsung, melainkan dengan sistem perwakilan di Parlemen. Dia menganggap bahwa pemilu secara langsung tidak cocok diterapkan bagi masyarakat Papua yang komunal atau hidup bersama dengan kekerabatan yang erat.

"Karena ini sistem kekerabatannya luar biasa, sehingga kelompok ini keluarganya lari ke sana, istrinya lari ke situ, membuat konflik luar biasa terjadi. Lebih banyak faktor itu ditemukan," ucapnya.

Gubernur Papua Barat Abraham juga menyebut tidak ada kelompok di wilayahnya yang menginginkan Papua Barat merdeka. "Kalau dikatakan ada keinginan Papua Barat merdeka, itu tidak ada. Merdeka satu kali untuk selamanya," ucap Abraham.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, Presiden SBY menekankan dua hal terkait evaluasi UU Otonomi Khusus Papua. Selain mempercepat dan memperluas pembangunan di dua wilayah tersebut, Presiden menekankan pentingnya peran pemerintah daerah dalam menekan kelompok bersenjata.

Menurut Djoko, kedua gubernur itu memiliki tanggung jawab untuk mengajak kelompok masyarakat yang angkat senjata kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

"Mengajak mereka-mereka di hutan yang angkat senjata untuk kembali ke pangkuan kita dan itu bukan hanya tugas TNI/Polri, tapi tugas bersama," kata Djoko.

Pemerintah, tambahnya, telah menjalin kerja sama dengan dunia internasional sebagai upaya melawan argumen kelompok tertentu yang menginginkan ketidakstabilan di Papua. Bulan lalu, kata Djoko, Pemerintah mengundang menteri-menteri luar negeri dari negara Melanesian Spearhead Group (MSG).

Dengan meninjau langsung kondisi Papua, Papua Barat, dan Maluku, katanya, para menteri luar negeri tersebut bisa melihat upaya yang dilakukan Pemerintah untuk membangun daerah timur Indonesia itu.

"Kesan mereka tidak seperti yang mereka dengar di media masa, media online, dan internet. Mereka datang dengan kepala mata sendiri apa yang dbangun di Papua. Upaya itu lah salah satu dari sekian banyak upaya kita untuk menangkis, memberikan argumentasi mereka yang masih inginkan ketidakstabilan di Papua," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com