Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Capres yang Tidak "Itu-itu Saja"...

Kompas.com - 25/07/2013, 10:03 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Tahun 2014 mendatang akan menjadi tahun "panas"-nya suhu politik Tanah Air. Pesta demokrasi lima tahunan, pemilu legislatif, dan pemilihan presiden akan digelar. Panasnya suhu politik pun sudah mulai terasa sejak awal tahun 2013 ini. Partai politik peserta Pemilu 2014 pasti sudah menyusun strategi: melakukan konsolidasi internal dan eksternal.

Yang paling kentara, sejumlah partai politik sudah mendeklarasikan calon presiden yang akan diusungnya. Mungkin bukan curi start, melainkan mungkin saja ingin terlihat sebagai partai yang tidak bingung. Sebut saja Golkar dengan capresnya Aburizal Bakrie dan Partai Hanura yang bahkan sangat percaya diri menyatakan akan mengusung calon internal, Wiranto-Hary Tanoesoedibjo sebagai capres dan cawapres. Padahal, hasil pemilu legislatif saja belum dikantongi. Biarkan saja, mungkin bagian dari strategi.

Tetapi, lagi-lagi publik disuguhi calon-calon muka lama. Sulit memilih mana yang ideal menjadi pemimpin negeri dari sejumlah nama yang muncul. Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi mengatakan, di bagian dunia mana pun tak ada calon presiden ideal, termasuk di Indonesia.

Menurutnya, yang ada adalah calon presiden yang seperti saat ini. Ia berpandangan calon pemimpin ideal hanya ada di dunia wayang dan tak berlaku di dunia nyata. Namun, Kristiadi berharap agar calon presiden nanti tidak hanya diisi dengan wajah-wajah lama. Peran media, menurutnya, penting untuk mengangkat figur-figur potensial yang memiliki gagasan hebat untuk dikenalkan kepada masyarakat dan bisa maju menjadi capres sebagai pilihan alternatif.

"Inilah dunia nyata, tidak ada calon presiden ideal. Bagaimana mengalahkan partai politik agar calon presiden tidak itu-itu saja? Ini peran media untuk mengenalkan (tokoh) ke publik," kata Kristiadi dalam sebuah diskusi politik yang digelar di Kantor YLBHI, Jakarta, Rabu (24/7/2013).

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Very Junaidi mengatakan, Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin yang bersedia mewakafkan hidupnya untuk kepentingan menyejahterakan rakyat. Ditambah dengan pemimpin yang tidak menghitung untung untuk kelompok atau partainya dan pemimpin yang begitu terpilih tidak mengalihkan sumber kesejahteraan untuk menghidupi komunitasnya serta mampu berdiri di atas semua golongan.

Menurut Very, hal ini menjadi tantangan bagi semua pihak, termasuk masyarakat. Ia yakin calon presiden di 2014 nanti bisa muncul banyak pilihan, tidak "itu-itu saja", dengan catatan ada gerakan masif dari partai politik yang menjadi peserta pemilu. Ia menjelaskan, untuk mewujudkan itu, partai politik harus berpikir untuk kepentingan Indonesia, dan tidak terkungkung dengan kepentingan partainya semata.

Partai politik, kata dia, harus mengusung calon presiden yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia, presiden untuk seluruh masyarakat, bukan presiden partai.

"Calon presiden jangan hanya pemimpin partai politik karena ternyata pemimpin partai politik saat ini tidak mewakafkan hidupnya untuk bangsa," kata Very.

Seperti diketahui, banyak nama tokoh nasional yang mengemuka dan dikaitkan sebagai calon presiden yang akan maju di 2014 nanti. Beberapa lembaga survei sering kali memunculkan nama Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, sampai Joko Widodo.
Namun, di antara nama-nama itu, justru Wiranto yang lebih dulu mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dari Hanura dan didampingi oleh Hary Tanoesoedibjo. Lainnya, mengemuka juga nama Mahfud MD, Gita Wirjawan, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, Suryadharma Alie, sampai Rhoma Irama.

Ya, terhitung masih tokoh yang "itu-itu saja" karena hanya ada beberapa nama yang baru muncul di kancah politik nasional. Harapan Anda?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Jadi Pengacara SYL, Febri Diansyah Dapat Uang Honor Rp 800 Juta

Sempat Jadi Pengacara SYL, Febri Diansyah Dapat Uang Honor Rp 800 Juta

Nasional
Basuki Bakal Putus Status Tanah IKN Usai Jadi Plt Kepala Otorita, Mau Dijual atau Disewakan

Basuki Bakal Putus Status Tanah IKN Usai Jadi Plt Kepala Otorita, Mau Dijual atau Disewakan

Nasional
Pemerintah Lanjutkan Bantuan Pangan Beras, tapi Tak Sampai Desember

Pemerintah Lanjutkan Bantuan Pangan Beras, tapi Tak Sampai Desember

Nasional
Saksi Sebut Penyidik KPK Sita Uang Miliaran Rupiah Usai Geledah Kamar SYL

Saksi Sebut Penyidik KPK Sita Uang Miliaran Rupiah Usai Geledah Kamar SYL

Nasional
PAN Tak Masalah Tim Sinkronisasi Prabowo Hanya Diisi Orang Gerindra

PAN Tak Masalah Tim Sinkronisasi Prabowo Hanya Diisi Orang Gerindra

Nasional
Istana Sebut Wakil Kepala Otorita IKN Sudah Lama Ingin Mundur

Istana Sebut Wakil Kepala Otorita IKN Sudah Lama Ingin Mundur

Nasional
Bambang Susantono Tak Jelaskan Alasan Mundur dari Kepala Otorita IKN

Bambang Susantono Tak Jelaskan Alasan Mundur dari Kepala Otorita IKN

Nasional
Soal Tim Sinkronisasi Prabowo, PAN: Itu Sifatnya Internal Gerindra, Bukan Koalisi Indonesia Maju

Soal Tim Sinkronisasi Prabowo, PAN: Itu Sifatnya Internal Gerindra, Bukan Koalisi Indonesia Maju

Nasional
Survei Litbang 'Kompas': 58,7 Persen Responden Anggap Penambahan Kementerian Berpotensi Tumpang-Tindih

Survei Litbang "Kompas": 58,7 Persen Responden Anggap Penambahan Kementerian Berpotensi Tumpang-Tindih

Nasional
Survei Litbang “Kompas”: Jumlah Kementerian Era Jokowi Dianggap Sudah Ideal

Survei Litbang “Kompas”: Jumlah Kementerian Era Jokowi Dianggap Sudah Ideal

Nasional
Gus Yahya Sebut PBNU Siap Kelola Tambang dari Negara

Gus Yahya Sebut PBNU Siap Kelola Tambang dari Negara

Nasional
Jokowi Tunjuk Basuki Hadimuljono Jadi Plt Kepala Otorita IKN

Jokowi Tunjuk Basuki Hadimuljono Jadi Plt Kepala Otorita IKN

Nasional
Pengamat: Anies Bisa Ditinggalkan Pemilihnya jika Terima Usungan PDI-P

Pengamat: Anies Bisa Ditinggalkan Pemilihnya jika Terima Usungan PDI-P

Nasional
Hadiri Kuliah Umum di UI, Hasto Duduk Berjejer dengan Rocky Gerung dan Novel Baswedan

Hadiri Kuliah Umum di UI, Hasto Duduk Berjejer dengan Rocky Gerung dan Novel Baswedan

Nasional
Survei Litbang “Kompas”: 34 Persen Responden Setuju Kementerian Ditambah

Survei Litbang “Kompas”: 34 Persen Responden Setuju Kementerian Ditambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com