JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko menceritakan momen dirinya kerap ditangkap oleh kondektur kereta ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).
Sebab, dirinya kerap menaiki kereta secara gratis karena tidak mampu membayar.
Hal tersebut disampaikan Moeldoko dalam program Gaspol yang disiarkan YouTube Kompas.com, Kamis (22/6/2023).
Mulanya, Moeldoko bercerita mengenai masa kecilnya yang tidak dimanja orangtua, meski terlahir sebagai anak bungsu dari 12 bersaudara.
Baca juga: Soal Jadi Bakal Cawapres Ganjar, Moeldoko: Yang Penting Tidak Melacur
Dia yakin orangtuanya sebenarnya ingin memanjakannya, namun kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk itu.
Orangtua Moeldoko sehari-hari bekerja sebagai petani. Mereka pun berada dalam lingkungan miskin dan susah di sebuah desa di Kediri, Jawa Timur.
"Pasti orangtua pengen manjain anaknya. Tapi modalnya enggak ada untuk memanjakan," ujar Moeldoko.
Ketika ia meminta dibelikan sepeda untuk berangkat SMP saja, ayahnya tidak sanggup.
Walhasil, Moeldoko kecil berlari untuk mengejar kereta api di pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB.
Hanya saja, Moeldoko kerap tidak membayar ketika naik kereta. Hal tersebut membuatnya sering ditangkap kondektur kereta.
"Ditangkap kondektur, enggak iso bayar. Buku dirampas. Nanti kepala sekolah SMP kasih tahu ambil buku. Marah-marah sama saya, 'kamu lagi, kamu lagi, Moeldoko'. Kira-kira gitu kondisinya," tutur Moeldoko.
Baca juga: Bicara soal SBY dan Ambil Alih Demokrat, Moeldoko: Ini Urusan Politik, Bukan Atasan-Bawahan
Ia menegaskan, perjuangan hidupnya membuat dirinya jadi terbiasa untuk hidup keras.
Maka dari itu, ketika Moeldoko berhasil menjadi perwira tentara, dirinya tidak takut terhadap apapun.
"Jadi enggak ada takutnya. Karena kita hidup dari lingkungan yang seperti itu," kata Moeldoko.
Selanjutnya, Moeldoko turut bercerita mengenai dirinya yang termotivasi untuk menyabet Bintang Adhi Makayasa atau lulusan terbaik di AKABRI.