Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Buruh Dukung Sistem Pemilu Proporsional Tertutup Bersyarat

Kompas.com - 15/01/2023, 13:35 WIB
Vitorio Mantalean,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengaku setuju dengan sistem pemilu legislatif proporsional tertutup namun dengan persyaratan.

Hal ini ia sampaikan merespons polemik di kalangan partai-partai politik sehubungan dengan adanya gugatan terhadap sistem proporsional terbuka di Mahkamah Konstitusi.

Menurut Iqbal, persyaratan itu adalah partai politik harus sudah mengumumkan nama-nama kadernya yang jadi calon legislatif sebelum hari pemungutan suara.

Baca juga: Mau Usung Capres Alternatif, Partai Buruh Bakal Gugat Presidential Threshold ke MK

Hal ini dianggap sebagai bentuk transparansi untuk mencegah dugaan buruk bahwa partai politik memonopoli pemilihan kader yang berhak duduk di parlemen.

"Nama-nama itu tidak dicoblos tapi wajib diserahkan kepada KPU untuk diumumkan secara terbuka, jadi nama-nama itu sudah diedarkan," kata Iqbal dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Buruh, Minggu (15/1/2023).

"Ketika pemilih mau coblos gambar Partai Buruh, dia sudah tahu kalau ini, misalnya Jawa Barat, ada 7 calon. Misalnya ada Ilhamsyah, tapi dia gak suka Ilhamsyah, dia enggak akan coblos Partai Buruh. Ini hukuman buat Partai Buruh," jelasnya.

Baca juga: Said Iqbal Klaim Partai Buruh Didanai Penuh dari Iuran hingga Bisa Rakernas di Hotel

Menurut Iqbal ini merupakan konsekuensi dari partai politik yang seharusnya mempersiapkan kader terbaiknya untuk pileg.

Ia mengkritik penerapan sistem proporsional terbuka yang telah diterapkan secara penuh oleh Indonesia sejak 2009.

Sistem yang diklaim lebih demokratis lantaran pemilih dapat mencoblos langsung caleg pilihannya itu justru tak berhasil mengatasi persoalan oligarki partai politik.

Menurut Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) itu, pemilihan sistem proporsional terbuka ataupun tertutup tak ada hubungannya dengan demokrasi atau antidemokrasi.

Baca juga: Deklarasi Capres Selasa, Partai Buruh Tak Tutup Peluang Munculnya Nama Ganjar, Anies, hingga Prabowo

"Sistem proporsional terbuka sudah 3 kali pemilu gagal. 67 persen anggota DPR RI adalah pengusaha. Ada partai agama, nasionalis, kok pemilik modal?" kata Iqbal.

Sejauh ini, baru PDI-P saja partai politik yang menyatakan dukungannya kepada sistem proporsional tertutup.

Sementara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengaku bisa saja mendukung sistem ini, seandainya ketentuan tersebut sudah diumumkan jauh-jauh hari sebelum pemungutan suara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com