Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya Ada 2 di Dunia, Alkitab Kuno Berbahasa Belanda Disimpan di Gereja Ayam Pasar Baru

Kompas.com - 25/12/2022, 13:28 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gereja GPIB Pniel atau "Gereja Ayam" di Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, menyimpan alkitab kuno berbahasa Belanda.

Ketua II Pihak NJ Gereja GPIB Pniel Margaretha mengatakan, alkitab itu hanya ada dua di dunia, yakni di Gereja Ayam dan Belanda.

"Mengenai alkitab, di dunia ini hanya ada dua. Satu di gereja ini, satu di perpustakaan di Belanda," kata Margaretha saat ditemui di lokasi, Minggu (25/12/2022).

Baca juga: Cerita di Balik Penamaan Gereja Ayam di Pasar Baru

Margaretha menyebutkan, alkitab itu sempat rusak pada 1991, kemudian dibawa ke Belanda untuk diperbaiki.

"Dikirim ke Belanda untuk diperbaiki dan dikembalikan ke gereja ini tahun 1993," sebut Margaretha.

Margaretha juga mengatakan, semua barang atau kursi dan meja di dalam Gereja Ayam tidak pernah diganti.

"Jadi apa yang ada di tempat ini semuanya asli. 109 tahun tidak pernah diganti," kata Margaretha.

Baca juga: Gereja Ayam Pasar Baru, Simbol Kritik Sosial terhadap Pemerintah Kolonial Belanda

Adapun gereja yang berdiri di persimpangan Jalan H Samanhudi dan Jalan Gereja Ayam itu memiliki simbol ayam di atas bangunannya.

"(Simbol) ayam itu sebenarnya itu penangkal petir. Tetapi orang kami melihat itu, di dalam alkitab, itu Petrus menyangkal Tuhas Yesus selama tiga kali," ujar Margaretha.

Margaretha menyebutkan, simbol ayam sebenarnya tidak hanya ada di Gereja GPIB Pniel, tetapi juga gereja-gereja lain.

Namun, pemerintah kemudian memberikan nama jalan khusus, di samping Gereja GPIB Pniel, yakni dengan nama Jalan Gereja Ayam.

"Tapi memang ini di Jalan Gereja Ayam, berarti pemerintah mengakui. Selain nama jalannya, ada ayamnya," kata Margaretha.

Baca juga: Ibadah Natal di Gereja Ayam Pasar Baru Kembali Ramai Usai 2 Tahun Pandemi, 1.000 Jemaat Hadir

Gereja tersebut merupakan salah satu gereja tertua di Jakarta, yakni dibangun pada 1913 dan selesai dua tahun kemudian.

Margaretha mengatakan, Gereja Ayam dibangun sebagai kritik sosial pada zaman kolonial Hindia Belanda.

Saat itu, umat Protestan kesulitan mencari tempat ibadah. Sementara itu, para pejabat Hindia Belanda beragama Protestan bisa beribadah di Gereja Immanuel, Gambir, Jakarta Pusat.

"Gereja Immanuel itu khusus untuk pejabat-pejabat. Pejabat negara Belanda saat itu. Yang punya jabatan ibadah di situ," tutur Margaretha.

"Makanya dibangun gereja ini, buat rakyat, siapa saja boleh datang," imbuh Margaretha.

Baca juga: Saat Dewan Paroki Gereja Kampung Sawah Berpantun dalam Sambutan Misa Kudus...

Saat itu, tutur Margaretha, rakyat jelata saling membantu membangun Gereja Ayam.

"Makanya yang ke sini gabungan orang Arab, orang China, jadi banyak. Mereka saling membantu untuk membangun gereja ini, jadi rakyat bisa masuk. Jadi untuk meng-counter Gereja Immanuel," kata Margaretha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Nasional
Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Nasional
Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Nasional
Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Nasional
Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Nasional
Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Nasional
KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

Nasional
Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Nasional
KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Nasional
Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Nasional
Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasional
Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Nasional
[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com