Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Papua, Fadli Zon: Pemerintah itu Pengamat Politik atau Eksekutor?

Kompas.com - 03/09/2019, 19:35 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengkritik langkah yang diambil pemerintah dalam menangani kerusuhan Papua.

Fadli merespons pernyataan Kepala Staf Kepresidenan yang menyebut bahwa tokoh separatis Papua, Benny Wenda, menjadi dalang kerusuhan. Selain itu, pernyataan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian yang mengatakan ada keterlibatan pihak asing dalam kericuhan di Papua dan Papua Barat.

Pernyataan-pernyataan itu, menurut Fadli, tidak seharusnya disampaikan pemerintah ke masyarakat. Pemerintah, kata dia, seharusnya langsung mengambil langkah strategis untuk menyelesaikan persoalan di papua dari sejumlah informasi yang didapat.  

Baca juga: Prihatin Isu Perpecahan, Wali Kota Hendi Minta Siswa Papua Netralisir Kabar Hoaks

"Kalau ada gejala yang misalnya menunggangi pihak ketiga, ada aktor intelektual, atau ada pihak asing, ya itu yang harus diatasi oleh pemerintah, bukan membuat statement dan menyatakan itu ke publik seperti pengamat," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/9/2019).

Fadli mengatakan, pemerintah punya kewenangan untuk memerintah, mengambil keputusan serta tindakan, dan melakukan intervensi terhadap situasi serta kondisi untuk memulihkan kondisi Papua.

Jika pemerintah hanya menyampaikan dugaan-dugaan, justru membuat publik bingung. "Pemerintahan ini sebagai pengamat politik atau eksekutor?," ujar Fadli.

Hingga saat ini, Fadli menilai, belum ada upaya maksimal dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan Papua.

Selama kerusuhan masih berlangsung di Papua, bagi Fadli, pemerintah belum berhasil menemukan pangkal masalah dan jalan keluarnya.

"Ada usaha ya, tetapi saya kira belum sesuai dengan apa yang kita harapkan karena kerusuhan terus terjadi di berbagai tempat, dan ini saya kira mengkhawatirkan bagi integritas teritorial kita," katanya.

Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan menyebut tokoh separatis Papua, Benny Wenda, sebagai dalang kerusuhan di Papua dan Papua Barat.

Menurut Moeldoko, Benny melakukan sejumlah langkah diplomatik dan mobilisasi informasi yang menyesatkan tentang Papua.

Baca juga: Polisi Sita Bendera Bintang Kejora dan Panah di Mimika Papua

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian juga sempat mengatakan bahwa kelompok masyarakat yang aksi anarkis di Papua dan Papua Barat memiliki hubungan dengan organisasi di luar negeri.

"Ada. Kita sama-sama tahu dari kelompok-kelompok ini ada hubungannya dengan network di internasional," kata Jenderal Tito di acara Hari Jadi Ke-71 Polwan, di Jakarta, Minggu (1/9/2019). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com