Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Beberapa Cara untuk Mengidentifikasi Berita Bohong

Kompas.com - 01/11/2018, 16:15 WIB
Reza Jurnaliston,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Media Tri Wahyuti menuturkan, ada cara mudah untuk mengetahui suatu informasi termasuk pada kategori berita bohong (hoaks).

Pertama, kata Tri, dengan menelusuri sumber berita atau domain situs.

“Bila menemukan situs yang tidak jelas bukan dari lembaga resmi sebaiknya jangan langsung percaya, karena situs berita seperti itu kredibiltas isi pemberitaannya diragukan,” kata Tri di Universitas Paramadina, Jakarta, Kamis (1/11/2018).

Tri juga meminta, masyarakat kritis pada setiap berita yang diterima.

“Kita paling sering ya,’oh ini bagus nih beritanya forward langsung kita posting padahal isi beritanya tidak benar,” kata Tri.

Lalu, Titi mengatakan, perlu untuk memperhatikan informasi mengenai waktu, tempat, dan lokasi kejadian pemberitaan.

Saat ini, kata Tri, banyak ditemukan berita menyesatkan dengan memasukkan kutipan narasumber ternama tanpa dilakukan wawancara atau konfirmasi dari sumber.

Baca juga: Hoaks Penculikan Anak Jadi Viral di Sumsel, Polisi Buru Pelaku

“Apakah isi berita banyak memuat hanya opini si jurnalis atau dia mengungkapkan sebuah fakta. Kita bisa bedakan kalau hanya membuat opini hanya cerita saja tanpa didukung data-data, seperti kutipan wawancara, data-data berupa gambar yang bisa menguatkan,” kata Tri.

Tri juga meminta, masyarakat untuk melakukan cek dan recheck pemberitaan yang diterima kepada informasi yang terdapat di media yang kredibilitasnya teruji.

“Kita kalau lihat berita ‘situsnya kok aneh ya' langsung dicrosceck lagi digoogling, kita cari di media yang dianggap mainstream yang teruji kredibilitasnya,” tutur Tri.

Selanjutnya, Tri juga menekankan masyarakat untuk selalu skeptis dan kritis bila melihat tampilan desain halaman berita yang aneh.

Baca juga: Kabar Penculikan Anak di Warung Ketan Susu Kemayoran Dipastikan Hoaks

Seperti, menggunakan huruf besar dan tanda seru yang isi pemberitaannya banyak menggunakan kosa kata yang menggambarkan kehebohan dan cenderung provokatif.

“Bisanya berita hoaks secara sederhananya adalah isi pemberitaanya sengaja menimbulkan kehebohan atau kepanikan,” kata Tri.

Terakhir, kata Tri, penting bagi masyarakat untuk membaca ulang informasi secara utuh dan detail berita-berita yang didapatkan.

Kompas TV Ratna dijerat polisi berbuat onar dengan meyebarkan informasi bohong mengenai dirinya yang dianiaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Nasional
Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Nasional
Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Nasional
Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Nasional
KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

Nasional
Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Nasional
KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Nasional
Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Nasional
Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasional
Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Nasional
[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

Nasional
Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com