JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo bertemu Wakil Perdana Menteri China Liu Yandong di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (29/11/2017) siang.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, tidak ada hal urgen yang dibahas dalam pertemuan itu. Retno Marsudi mengatakan, Yandong hanya melaporkan soal kesepakatan yang sudah dicapai sebelumnya dengan kementerian-kementerian.
"Karena beliau, kemarin, baru saja menyelesaikan pertemuan dengan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Ada beberapa MoU yang ditandatangani, antara lain di bidang perfilman dan pendidikan," ujar Retno seusai mendampingi Presiden Jokowi menerima Yandong.
"Jadi tadi intinya beliau hanya melaporkan apa yang sudah dicapai bersama-sama sebelumnya," kata Retno Marsudi.
(Baca juga: China Tawarkan Pengembangan Teknologi Nuklir ke RI)
Retno menjelaskan, dalam kerangka hubungan bilateral Indonesia dengan China, terdapat banyak pilar yang dapat dijadikan obyek kerja sama. Mulai dari politik, ekonomi, perdagangan, hingga sosial dan budaya.
Kerja sama China dengan Kemenko PMK tersebut, lanjut Retno, merupakan kerangka hubungan bilateral di bidang sosial dan budaya.
Meski demikian, lanjut Retno, Presiden Jokowi tetap menyampaikan harapan soal peningkatan kerja sama Indonesia dengan China di masa mendatang.
"Presiden menyinggung banyak hal. Mulai dari hubungan dagang, permintaan agar akses Indonesia ke China dalam hal perdagangan lebih besar. Misalnya untuk komoditas kelapa sawit. Selain itu harapan untuk peningkatan investasi (China di Indonesia). Intinya itu," ujar Retno.
(Baca juga: Wapres Minta China Tak Banyak "Ekspor" Tenaga Kerja ke RI)
Menko PMK Puan Maharani menambahkan, Indonesia dengan China menandatangani enam kesepakatan. Beberapa di antaranya di sektor kesejahteraan sosial, kepemudaan, kesehatan, peningkatan investasi dan pariwisata.
"Karena memang Tiongkok (China) akan menginvestasikan 750 miliar dollar AS dalam lima tahun. Karena itu, sebagian kami harap bisa masuk ke Indonesia," ujar Puan.