Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Si Cilik Pencuri Perhatian Jokowi

Kompas.com - 25/09/2017, 07:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto


Apakah yang cilik?  Kenapa pula jadi perhatian Presiden Joko Widodo? 

MENJAWAB penasaran ini, saya mendatangi sebuah Kabupaten di Jawa Tengah yang Bupatinya baru saja divonis 11 tahun penjara karena sebuah kasus korupsi: Klaten.

Sang bupati, Sri Hartini, dalam putusan hakim sidang pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, yang digelar pekan lalu, terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pindana korupsi senilai Rp 12 miliar rupiah lebih.

Uang itu ia terima dari Kepala Desa, Kepala Sekolah, dan sejumlah pegawai di lingkungan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ia menerima suap dan gratifikasi untuk memberikan posisi dan jabatan bagi bawahannya yang “menyetor”.  

Ternyata, di tengah pesimisme daerah akan kepala daerahnya yang belakangan marak dicokok KPK, ada kerja-kerja sunyi warganya.  Mereka bukan siapa-siapa. Sosoknya tak pernah terangkat ke publik, namun karyanya mengagumkan.

Lulusan SMP

Namanya Sukiyat, pria berusia 60 Tahun asli Klaten, Jawa Tengah ini, hanya memegang Ijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia sempat duduk di bangku SMA, tapi hanya sampai di kelas XI, dan selanjutnya keluar.

Kondisi ekonomi kala itu mengharuskan Sukiyat untuk cepat mencari nafkah. Ia pun menekuni hobinya di bidang otomotif. Ia mempelajari dunia otomotif sejak lulus Sekolah Dasar.

Ayahnya adalah petani di Klaten yang memiliki alat penggilingan padi. Tak hanya alat penggilingan padi, sepeda motor milik ayahnya untuk lalu lalang membawa panen padi pun, kerap ia bongkar sendiri.

Sukiyat mendedikasikan seluruh hidupnya untuk dunia otomotif. Ketekunannya membuahkan hasil.

Esemka

Anda tentu pernah mendegar mobil Esemka. Mobil yang pernah digunakan oleh Walikota Solo 2005-2012, Joko Widodo, sebagai kendaraan operasional Walikota, kala itu.

Ini adalah produk pertama Sukiyat yang bekerja sama dengan sejumlah SMK di Klaten dan Jawa Tengah untuk memproduksi mobil yang 100 persen alias seluruhnya buatan Indonesia. Saya berkunjung ke Klaten, Jawa Tengah.

Pertanyaan pertama saya kepada Sukiyat adalah, ada apa dengan mobil Esemka?

Kiat menjelaskan panjang lebar tantangan dan “pertarungan”politik pada program AIMAN yang akan tayang malam ini, Senin(25/9) pukul 20.00 wib. Intinya, Sukiyat mengungkapkan mobil ini, kalah dipasaran.  Tak ada investor yang mau menanamkan modalnya untuk mobil asli buatan Indonesia pertama ini.

Namun Sukiyat tak patah arang. Lima tahun berselang, ternyata ia menyiapkan “senjata” baru. Ia melakukan riset, mencoba, dan memulai, menghindari kesalahan yang pernah dilakukannya pada saat memproduksi Mobil Esemka.

Ia mulai dengan jenis mesin dan disain. Ia lakukan pencetakan-pencetakan sendiri untuk body mobil. Sementara mesin yang ia gunakan adalah mesin sederhana yang bisa menempuh jarak jauh dengan bahan bakar yang paling sedikit. Seluruhnya asli buatan Indonesia

Akhirnya munculah nama kendaraan Mahesa. Ia menolak disebut mobil Mahesa karena khawatir “serangan” politik akan marak, persis saat ia memproduksi prototype alias purwarupa Esemka.

Menggunakan nama mobil berarti berpotensi menyaingi produk produk serupa buatan negara lain. Warga Indonesia dianggap memiliki kecintaan tanah air alias nasionalisme yang tinggi.

Secara bisnis, nasionalisme ini bisa jadi ancaman. Yang terancam tentu saja produsen luar negeri yang berpuluh tahun menginjakkan kaki di negeri ini dan mendirikan pabrik pabrik besar di Indonesia.

Pencuri Perhatian Jokowi

Mahesa dalam bahasa jawa kuno berarti Kerbau. Tak berlebihan juga ia namakan kerbau. Karena mobil ini, eh.. maaf, kendaraan ini, hanya diperuntukkan di desa, di tengah tengah tegalan sawah, dan perkebunan kecil.

Mahesa juga merupakan singkatan, Moda Angkutan Hemat Perdesaan. Dengan mesin Diesel 650cc dan hanya memiliki 1 (satu) Silinder (rata-rata mobil di pasaran memiliki 4 Silinder), kendaraan Mahesa ini bisa menempuh jarak 30 kilometer dengan konsumsi bahan bakar solar hanya 1 liter.

Ada yang luar biasa memang dengan kendaraan Mahesa ini. Selain bisa digunakan alat transportasi layaknya mobil double cabin, Mahesa juga bisa membangkitkan tenaga listrik, di tengah sawah yang gulita.

Adapula kemampuan Mahesa yang bisa disulap menjadi mesin penyedot air untuk irigasi sawah, bahkan menyedot banjir di suatu daerah.

Satu lagi, bagi petani, memiliki Mahesa berarti memiliki alat penggilingan padi dan pemberi makan ikan. Karena kendaraan multifungsi ini bisa melakukan semua hal tadi.

Putih, Merah, Kuning, Pak Jokowi Pilih yang Mana?

Ada yang menarik perhatian saya saat mengunjungi dan mencoba untuk mengendarai kendaraan Mahesa ini. Yang paling menyita perhatian saya, purwarupa mobil ini, ada 3 buah.

Pertama, berwarna putih. Kedua, merah. Ketiga, yang paling mewah, berwarna Kuning. Saya kemudian bertanya kepada Sukiyat, sang pembuat:

Saat Presiden datang berkunjung ke pabrik milik Sukiyat, warna mana yang Presiden pilih?

Saya Aiman Witjaksono,

Salam. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Jokowi, Unggah 3 Foto Bareng di Instagram

Prabowo Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Jokowi, Unggah 3 Foto Bareng di Instagram

Nasional
Ingin Usung Kader Sendiri di Jakarta, PDI-P: Bisa Cagub atau Cawagub

Ingin Usung Kader Sendiri di Jakarta, PDI-P: Bisa Cagub atau Cawagub

Nasional
PDI-P Siapkan Kadernya Jadi Cawagub Jabar Dampingi Ridwan Kamil

PDI-P Siapkan Kadernya Jadi Cawagub Jabar Dampingi Ridwan Kamil

Nasional
6 Jaksa Peneliti Periksa Berkas Pegi Setiawan

6 Jaksa Peneliti Periksa Berkas Pegi Setiawan

Nasional
Mendagri: Pj Kepala Daerah yang Maju Pilkada Harus Mundur dari ASN Maksimal 40 Hari Sebelum Pendaftaran

Mendagri: Pj Kepala Daerah yang Maju Pilkada Harus Mundur dari ASN Maksimal 40 Hari Sebelum Pendaftaran

Nasional
Polri Punya Data Anggota Terlibat Judi 'Online', Kompolnas: Harus Ditindak Tegas

Polri Punya Data Anggota Terlibat Judi "Online", Kompolnas: Harus Ditindak Tegas

Nasional
Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Merosot, Demokrat: Kami Hormati Golkar

Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Merosot, Demokrat: Kami Hormati Golkar

Nasional
Ulang Tahun Terakhir sebagai Presiden, Jokowi Diharapkan Tinggalkan 'Legacy' Baik Pemberantasan Korupsi

Ulang Tahun Terakhir sebagai Presiden, Jokowi Diharapkan Tinggalkan "Legacy" Baik Pemberantasan Korupsi

Nasional
Bansos untuk Korban Judi Online, Layakkah?

Bansos untuk Korban Judi Online, Layakkah?

Nasional
Mendagri Minta Tak Ada Baliho Dukungan Pilkada Pj Kepala Daerah

Mendagri Minta Tak Ada Baliho Dukungan Pilkada Pj Kepala Daerah

Nasional
Gangguan Sistem Pusat Data Nasional, Pakar: Tidak Terjadi kalau Pemimpinnya Peduli

Gangguan Sistem Pusat Data Nasional, Pakar: Tidak Terjadi kalau Pemimpinnya Peduli

Nasional
Dari 3 Tahun Lalu, Pakar Prediksi Gangguan Sistem Bakal Menimpa PDN

Dari 3 Tahun Lalu, Pakar Prediksi Gangguan Sistem Bakal Menimpa PDN

Nasional
Dompet Dhuafa Distribusikan Sekitar 1.800 Doka di Jateng

Dompet Dhuafa Distribusikan Sekitar 1.800 Doka di Jateng

Nasional
Survei Litbang 'Kompas': Mayoritas Kelas Bawah hingga Atas Puas Atas Kinerja Jokowi di Bidang Ekonomi

Survei Litbang "Kompas": Mayoritas Kelas Bawah hingga Atas Puas Atas Kinerja Jokowi di Bidang Ekonomi

Nasional
PDN Kominfo Gangguan, Pakar: Ini Krisis Besar, Punya Skenario Penanggulangan?

PDN Kominfo Gangguan, Pakar: Ini Krisis Besar, Punya Skenario Penanggulangan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com