JAKARTA, KOMPAS.com - Jajaran menteri Kabinet Kerja tampil beda saat menghadiri upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (1/6/2017).
Hampir seluruh menteri dan pejabat negara mengenakan pakaian adat daerah di Indonesia.
Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly, misalnya. Ia mengenakan pakaian tradisional khas Nias.
Menteri Dalam Negri Tjahjo Kumolo mengenakan pakaian tradisional Batak Karo.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengenakan pakaian adat Madura.
Di balik kemeriahan itu, terselip cerita-cerita unik dan menggelitik. Salah satunya dari Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki.
Ia hadir dalam upacara. Namun, tidak mengenakan pakaian khas daerah.
Teten hanya mengenakan kemeja batik lengan panjang, pakaian yang biasa dikenakan saat beraktivitas di Istana sehari-hari.
"Iya, akhirnya cuma pakai batik saja," ujar Teten saat bincang santai, usai upacara.
Rupanya, sebelum upacara, Teten sudah mempersiapkan setelan pakaian adat Sunda yang telah dimodifikasi sedikit menjadi modern.
Setelan itu sudah melekat pas di badannya. Namun, Teten merasa tidak cocok mengenakan pakaian tersebut saat berdiri di depan cermin.
"Berdiri di kaca, duh... kok kayak tukang delman ya. Ah, ya sudah lah, saya ganti pakai batik saja," ujar Teten sembari tertawa.
Sedang asyik berbincang, tiba-tiba Menpora Imam Nahrawi datang. Ia menyalami Teten. Perbincangan di antara mereka pun terjadi.
"Nah, kalau ini sudah pas nih jual sate," canda Teten kepada Imam.
Imam yang mengenakan pakaian khas Madura, lengkap dengan iket khas Madura dan kaus garis-garis merah putih, tertawa.
Lain Teten dan Imam, lain pula Menkumham Yasona Laoly yang tampil heboh mengenakan pakaian tradisional Nias.
Kepada Kompas.com, Yasona mengaku, pakaian tersebut miliknya sendiri. Nias memang merupakan kampung halamannya.
"Ini saya punya sendiri. Ini saya sering pakai juga. Terakhir saya pakai tiga minggu lalu. Sebelumnya saya pakai juga saat ada acara Batak. Bangga saya," ujar dia.
Sayangnya, seluruh kelengkapan pakaian adatnya tidak dapat masuk ke lokasi upacara.
Sebilah pedang dan tameng kayu khas yang turut dibawanya pula, tidak diperbolehkan dibawa-bawa ke dekat-dekat Presiden.
Oleh sebab itu, pedang dan tameng itu pun disimpan kembali di dalam mobilnya.
Setelah upacara, Yasona mengambil pedang dan tameng tersebut untuk meladeni foto bersama para peserta upacara.
Ide penggunaan pakaian adat itu merupakan ide langsung dari Presiden Joko Widodo. Melalui pakaian-pakaian adat Indonesia, Jokowi ingin menyampaikan pesan begitu Indonesia sangat beragam.
Keberagaman tersebut pun ditegaskan kembali dalam pidato Jokowi di upacara Hari Lahir Pancasila.
"Harus diingat bahwa kodrat bangsa Indonesia adalah kodrat keberagaman. Takdir Tuhan untuk kita adalah keberagaman. Dari Sabang sampai Merauke adalah keberagaman. Dari Miangas sampai Rote adalah keberagaman," ujar Jokowi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.