Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Pakaian Adat Para Menteri...

Kompas.com - 01/06/2017, 12:25 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jajaran menteri Kabinet Kerja tampil beda saat menghadiri upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (1/6/2017).

Hampir seluruh menteri dan pejabat negara mengenakan pakaian adat daerah di Indonesia.

Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly, misalnya. Ia mengenakan pakaian tradisional khas Nias.

Menteri Dalam Negri Tjahjo Kumolo mengenakan pakaian tradisional Batak Karo.

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengenakan pakaian adat Madura.

Di balik kemeriahan itu, terselip cerita-cerita unik dan menggelitik. Salah satunya dari Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki.

Ia hadir dalam upacara. Namun, tidak mengenakan pakaian khas daerah.

Teten hanya mengenakan kemeja batik lengan panjang, pakaian yang biasa dikenakan saat beraktivitas di Istana sehari-hari.

"Iya, akhirnya cuma pakai batik saja," ujar Teten saat bincang santai, usai upacara.

Rupanya, sebelum upacara, Teten sudah mempersiapkan setelan pakaian adat Sunda yang telah dimodifikasi sedikit menjadi modern.

Setelan itu sudah melekat pas di badannya. Namun, Teten merasa tidak cocok mengenakan pakaian tersebut saat berdiri di depan cermin.

"Berdiri di kaca, duh... kok kayak tukang delman ya. Ah, ya sudah lah, saya ganti pakai batik saja," ujar Teten sembari tertawa.

Sedang asyik berbincang, tiba-tiba Menpora Imam Nahrawi datang. Ia menyalami Teten. Perbincangan di antara mereka pun terjadi.

"Nah, kalau ini sudah pas nih jual sate," canda Teten kepada Imam.

Imam yang mengenakan pakaian khas Madura, lengkap dengan iket khas Madura dan kaus garis-garis merah putih, tertawa.

Lain Teten dan Imam, lain pula Menkumham Yasona Laoly yang tampil heboh mengenakan pakaian tradisional Nias.

Kepada Kompas.com, Yasona mengaku, pakaian tersebut miliknya sendiri. Nias memang merupakan kampung halamannya.

"Ini saya punya sendiri. Ini saya sering pakai juga. Terakhir saya pakai tiga minggu lalu. Sebelumnya saya pakai juga saat ada acara Batak. Bangga saya," ujar dia.

Sayangnya, seluruh kelengkapan pakaian adatnya tidak dapat masuk ke lokasi upacara.

Sebilah pedang dan tameng kayu khas yang turut dibawanya pula, tidak diperbolehkan dibawa-bawa ke dekat-dekat Presiden.

Oleh sebab itu, pedang dan tameng itu pun disimpan kembali di dalam mobilnya.

Setelah upacara, Yasona mengambil pedang dan tameng tersebut untuk meladeni foto bersama para peserta upacara.

Ide penggunaan pakaian adat itu merupakan ide langsung dari Presiden Joko Widodo. Melalui pakaian-pakaian adat Indonesia, Jokowi ingin menyampaikan pesan begitu Indonesia sangat beragam.

Keberagaman tersebut pun ditegaskan kembali dalam pidato Jokowi di upacara Hari Lahir Pancasila.

"Harus diingat bahwa kodrat bangsa Indonesia adalah kodrat keberagaman. Takdir Tuhan untuk kita adalah keberagaman. Dari Sabang sampai Merauke adalah keberagaman. Dari Miangas sampai Rote adalah keberagaman," ujar Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com