JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap tahun, kontingen Polri bersama perwakilan polisi dari sejumlah negara lainnya bergabung dalam misi perdamaian PBB mengamankan Sudan.
Mereka umumnya ditempatkan di wilayah-wilayah rawan di negara tersebut.
Kepala Satgas FPU ke-8 AKBP John Huntal Sitanggang mengatakan, Sudan menjadi negara yang rawan konflik karena ada perselisihan antara suku asli Darfur dengan pemerintah.
Kontingen Indonesia dipercaya untuk menjaga suatu wilayah dengan tingkat kriminalitas tinggi.
Wilayah itu merupakan tempat tinggal staf-staf United Nations Mission in Darfur (Unamid).
"Pada tahun-tahun sebelumnya, di jalur utama ini sering terjadi perampokan kendaraan," ujar John, di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (15/3/2017).
Kontingen Indonesia biasanya bertugas pada siang hari, sementara pada malam hari dijaga militer.
(Baca: Tertahan 40 Hari di Sudan, Empat Polisi Tunda Pernikahan)
John mengatakan, berjaga pada siang hari di Sudan merupakan cobaan yang berat.
Saat musim panas, suhu bisa mencapai 50 derajat celsius. Tak ada tempat berlindung dari matahari.
Sementara, pada malam hari sangat dingin. Akan tetapi, lama kelamaan mereka terbiasa dengan suhu ekstrem tersebut.
Salah satu tugas polisi Indonesia yakni mengawal anggota Unamid untuk keluar dan masuk camp.
Tantangannya, di sekitar daerah tersebut masih banyak orang-orang bersenjata yang tidak diketahui apakah milisi, pemberontak, atau tentara yang berjaga.
Perwakilan Indonesia sempat beberapa kalo dihadang untuk keluar dan masuk lingkungan tersebut.
"Kalau sedikit saja kita menyinggung dan membuat masalah di situ, ya mereka sangat ringan tekan pelatuk," kata John.
Oleh karena itu, anggota Satgas selalu siaga dengan pakaian lengkap untuk mengantisipasi gangguan dan mencoba berperilaku sebaik mungkin untuk menghindari gesekan.
John menyebut kondisi itu sebagai "calm but unpredictable". Terlihat tenang, tetapi tak bisa diprediksi apa yang akan terjadi.
"Karena sedikit saja guncangan, bisa terjadi tembak-menembak. Pada saat kita patroli juga kalau malam senjata bunyi. Bukan hal jarang. Bukan hanya senjata sepertinya juga mortir ada suara," kata John.
Oleh karena itu, kontingen Indonesia selalu menjaga hubungan baik dengan siapa pun, baik kontingen negara lain maupun masyarakat setempat.
Kepala Seksi Operasi FPU ke-8 Kompol Dodi Wirawijaya mengatakan, misi tersebut merupakan pengalaman baru baginya.
Apalagi, mereka langsung ditugaskan di zona Wardan, wilayah dengan tingkat kriminalitas tertinggi di El Fasher.
Menurut Dodi, sejak kontingen Indonesia ditempatkan di wilayah itu, angka kejadian kriminal berkurang.
"Tahun kemarin dalam satu tahun hanya ada satu kejadian. Kalau sebelumnya lebih dari itu," kata Dodi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.