Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Gus Dur, Hadiah Istimewa Tuhan untuk Bangsa Indonesia

Kompas.com - 29/12/2016, 10:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

KOMPAS.com — Maghribpenghujung Desember 2009 hampir usai. Alam bersiap menanti kemangkatan seorang anak manusia yang dicintai Allah.

Presiden ke-7 Indonesia yang kala itu menjenguk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo jadi saksi terakhir kehidupan Gus Dur di muka bumi. Sejak pukul 18.45, Gus Dur resmi memasuki gerbang Kesejatian.

Ia meninggalkan kefanaan dunia yang kian rentan. Bangsa ini seketika gempar, setelah sebelumnya ditinggal pergi Mbah Surip dan budayawan kesohor, WS Rendra.

Enam puluh sembilan tahun masa bakti jabatan Gus Dur sebagai manusia berlangsung indah. Rekam jejaknya tercatat dengan tinta emas.

Kehadiran keluarga, sanak semenda, hingga yang memusuhinya adalah bukti Gus Dur berhasil menjadi manusia Indonesia paripurna. Sempurna pikir, laku, dan sikap.

Gus Dur yang tak jemu membawa Merah Putih Indonesia dalam dadanya termasuk orang yang paling gemar merepotkan diri wara-wiri mengurusi perkara umat yang sedang diayominya, bahkan sampai ke mancanegara.

Maka dari itu, wajar jika kemudian Gus Dur menjadi milik siapa saja. Ia dicintai semua umat beragama, termasuk yang enggan ber-Tuhan sekalipun.

Gus Dur tak hanya menjelma menjadi Indonesia. Ia malah telah mengajari kita bagaimana caranya merahmati alam semesta dan seisinya.

Hingga Jumat (23/12/2016) malam, pada haul ketujuh kewafatan Gus Dur, saya kembali membuktikan keajaiban beliau sebagai manusia kecintaan Allah.

Ribuan orang menyemut di Ciganjur, selatan Jakarta. Ada yang sengaja datang demi mendengar tausiah. Ada yang berdagang. Ada yang bahkan meyakini betul bahwa Gus Dur masih hidup.

Ya, ini soal daya hidup dan daya mati Gus Dur. Hidup dan matinya dialamatkan demi memberkahi manusia lain.

Seperti Bung Karno, Gus Dur yang lahir dari kalangan Nahdliyin kemudian naik ke pundak garuda, lalu terbang tinggi, tak kembali lagi.

 

Falsafah Gus Dur

Ketika menemui Alan Greenspan, Gubernur Bank Sentral AS, Gubernur Bank Indonesia Sjahril Sabirin bertanya, kenapa ekonomi Amerika bisa begitu kuat ketimbang Indonesia.

Greenspan pun menjawab sambil berseloroh. "Di Amerika kami punya Johnny Cash (penyanyi ternama dari Las Vegas), Bob Hope (komedian terkenal), dan Stevie Wonder (penyanyi kulit hitam yang fenomenal). Namun, Tuan Sjahril, di Indonesia kalian tidak punya cash (uang tunai), tak punya hope (harapan), dan tidak memiliki wonder (keajaiban)!" jawab Greenspan dengan mimik serius.

Mendengar jawaban itu, Sjahril hanya manggut-manggut belaka. Ketika tiba di Indonesia, ia menghadap Presiden Abdurrahman Wahid lalu menyampaikan laporannya.

"Bapak Presiden, ketika di Amerika Serikat, saya sempat bertemu dengan Greenspan. Banyak hal yang saya tanyakan padanya, termasuk soal kenapa perekonomian bangsa kita tidak sekokoh bangsa Amerika. Ternyata, menurut Greenspan, kuncinya cuma pada cash, hope, dan wonder, yang tidak kita miliki," kata Sjahril.

Mendengar laporan tersebut, Gus Dur hanya menanggapi enteng, "Ah begitu saja kok repot. Wong kita masih punya banyak Selamet dan Untung di sini."

Bagi yang mengenal Gus Dur dengan baik dari jarak tenggang yang paling harmonis, jawaban itu takkan dinilai sebagai guyonan. Justru di situlah letak keunggulan Gus Dur dalam memimpin bangsa ini.

Untung dan Selamet yang dipinjam Gus Dur sebagai jawaban, tak melulu sebagai kata sifat. Pun mereka yang memang memakainya sebagai nama diri.

Namun, Gus Dur memaknai dua kata itu sebagai jalan hidup. Kata "untung", misalnya, kerap disebut siapa saja di Indonesia bila sedang menghadapi musibah.

Jika seseorang mengalami kecelakaan dan yang terluka parah adalah sekujur badan, orang-orang yang mengenalnya akan berujar, "Untung tak sampai mati."

Kata "selamet" yang berarti aman dari ancaman, gangguan, terbebas dari bahaya, malapetaka, dan bencana dialamatkan Gus Dur sebagai Jalan Keselamatan.

Mudah sekali mencari bukti dari filosofi yang diterapkan Gus Dur ini. Ketika mulai tampil di garda depan perjuangan bangsa dengan memimpin Nahdlatul Ulama (NU), Gus Dur tak pernah satu kali pun memilih jalan perseteruan terhadap Soeharto dan Orde Baru, yang sengit memusuhinya.

Malah Soeharto yang harus bersusah payah mencari cara agar gerak-gerik Gus Dur di kancah politik menjadi muspra atau musnah. Namun, segala intrik tersebut malah membuat Gus Dur kian bijak bestari.

KOMPAS / TOTOK WIJAYANTO [ARSIP FOTO] Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) versi Musyawarah Luar Biasa Parung Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memberikan tausyiah di hadapan peserta Dialog Kebangsaan Pemberantasan Korupsi di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Minggu (15/6/2008).
Kebesaran jiwanya tercitra jelas ketika Soeharto wafat pada Ahad, 27 Januari 2008. Sebagai lawan politik terkuat sekaligus paling lembut bagi Soeharto, Gus Dur adalah orang pertama yang datang bertakziah.

Ini berbeda dengan anak turunan Sukarno yang tak seorang pun hadir di Cendana. Hal yang tak jauh beda juga dilakukan Gus Dur yang dijungkalkan Amien Rais dari kursi presiden.

Saat mengikuti kampanye Pilpres 2014 yang disiarkan sebuah stasiun televisi, Gus Dur yang sedang didampingi penderek-nya (pendamping pribadi) sontak menukas.

"Ngapain sampai repot-repot begitu hanya mau jadi presiden saja. Saya ini jadi presiden cuma modal dengkul. Itu pun dengkulnya Amien Rais."

 

Mata Allah

Corak kepemimpinan Gus Dur sebagai pemimpin NU, ketua Partai Kebangkitan Bangsa, dan seorang kiai kerap dilandasi prinsip al-ukhuwah al-islamiyyah (persaudaraan Islam) dan al-ukhuwah insaniyah (persaudaraan manusia), corak kepemimpinan yang kini meluntur dan sulit dicari padanannya pada politikus Indonesia saat ini.

Saya beroleh informasi tersebut dari seorang santri alumnus Pondok Pesantren al-Falah dan al-Musaddadiyah, yang bernama Abdul Mughni Shiddiq.

Mughni, yang saat itu sudah jadi dai, bertemu empat mata dengan Gus Dur. Sebuah kondisi istimewa dan di luar kebiasaan Gus Dur yang kerap dikawal kapan dan di mana saja.

Singkat cerita, obrolan ngalor-ngidul mereka pun sampai pada bagian berikut ini:

"Kamu mau tahu rahasia hidup saya dalam memandang segala sesuatu?" tanya Gus Dur.

"Tentu, Gus, saya ingin tahu rahasia Panjenengan," jawab Mughni takzim.

"Dalam memandang segala sesuatu, gunakanlah 'mata' Allah."

Mendengar Gus Dur berkata begitu, Mughni langsung kelimpungan.

"Waduh.... Bagaimana contohnya, Gus?"

"Begini. Ketika saya didatangi banyak orang yang meminta perlindungan, apakah orang itu benar atau salah, saya terima mereka semua dengan lapang dada."

"Karena apa? Saya selalu yakin, Allahlah yang menggerakkan hati mereka agar mendatangi saya. Jika saya tolak karena mereka bersalah, itu sama saja saya menolak kehendak Allah."

"Perlindungan saya kepada orang-orang yang disudutkan karena kesalahannya itu bukanlah bentuk bahwa saya melindungi kesalahannya, melainkan saya melindungi kemanusiaannya."

"Duh...," Mughni kian tak paham.

"Lebih jauhnya begini. Jika kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca Al Quran, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, melainkan Al Quran."

"Jika kamu memusuhi orang yang berbeda agama denganmu, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, melainkan agama."

"Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah, melainkan moral."

"Pertuhankanlah Allah, bukan yang lainnya. Pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah, ya kamu harus menerima semua makhluk karena begitulah Allah."

"Ya Allah...." Rona wajah Mughni seketika berubah pasi. Ia semakin yakin bahwa Gus Dur memang manusia pilihan Tuhan yang hanya dilahirkan seratus tahun sekali.

Setiap zaman ada masanya. Setiap masa ada waktunya. Di antara zaman dan waktu itu, ada sosok manusia tertentu yang tampil sebagai pengampu.

Duh, Gus Dur, betapa tanpamu, kini bangsa Indonesia jadi bertambah repot.

Omah Mangkat, 27 Rabi'ul Awal 1438 H

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com