Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Komisi X Sebut Kekerasan Remaja karena Ruang Kreativitas Tertutup

Kompas.com - 15/12/2016, 14:53 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi X Fraksi Partai Hanura, Dadang Rusdiana, menyayangkan insiden kekerasan antarpelajar di Yogyakarta yang menyebabkan seorang siswa SMA Muhammadiyah I Yogyakarta meninggal, Senin (12/12/2016).  

"Yah memang kami ikut menyayangkan adanya anak sekolah yang masih tawuran," ujar Dadang saat dihubungi, Kamis (15/12/2016).

Walau demikian, Dadang berpendapat bahwa kejadian tersebut tidak semata-mata menjadi kesalahan para pelajar itu.

Menurut Dadang, seorang remaja memiliki banyak energi dan ide-ide potensial. Untuk menyalurkan energi dan ide-idenya itu, dibutuhkan ruang berekspresi dan berkreativitas.

"Ketika ruang ini ditutup, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah, tentunya akan disalurkan dalam bentuk yang destruktif," kata dia.

Dadang menilai, persoalan tindak kekerasan oleh para pelajar tidak akan selesai jika dibiarkan dan diserahkan kepada hukum.

Dadang berpendapat, salah satu cara mengantisipasi tindakan destruktif oleh pelajar bisa disiasati dengan membangun minat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Melalui cara ini, energi dan potensi yang dimiliki para pelajar justru teralihkan ke hal-hal positif.

"Perlu adanya pendekatan sosiologis juga, termasuk bagaimana sekolah dapat secara optimal menjadi taman belajar yang nyaman dan mampu mengembangkan seluruh minat dan bakat para siswa, termasuk bagaimana ekstrakurikuler di dalamnya," kata dia.

Maka dari itu, tambah Dadang, adanya kejadian tersebut seharusnya menjadi catatan semua pihak, baik orangtua, sekolah, masyarakat sekitar, maupun kepolisian untuk lebih memperhatikan mereka.

"Mereka yang tawuran, pada dasarnya mereka yang 'salah asuhan'," ujarnya.

Sebelumnya, penganiayaan terhadap rombongan pelajar yang terjadi di Dusun Lanteng, Bantul, Yogyakarta, berawal dari hal sepele.

Saat itu, siswa SMA Muhammadiyah I Yogyakarta berwisata ke pantai di sekitar Gunung Kidul.

(Baca: 9 Siswa Jadi Tersangka Penganiayaan Rombongan Pelajar di Yogyakarta)

Dalam perjalanan pulang, rombongan berpapasan dengan rombongan remaja lain. "Para pelaku juga dari beberapa kelompok sekolahan yang berbeda. Ada 10 hingga 12 orang berpapasan," kata Kepala Bagian Mitra Divisi Humas Polri Kombes Pol Awi Setiyono di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Penyerangan pun terjadi dan menyebabkan satu orang tewas. Atas kejadian tersebut, sekitar sembilan orang telah diamankan polisi.

Diketahui bahwa sebelumnya para pelaku telah mempersiapkan senjata tajam di tasnya. Kepolisian hingga saat ini masih menggali motif utama pelaku menganiaya korban.

"(Jumlah) pelaku tidak menutup kemungkinan akan berkembang," kata Awi.

Kompas TV Pelajar SMA di Jogja Dikeroyok, 1 Tewas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com