AKARTA, KOMPAS.com - Komisi III DPR menggelar rapat kerja bersama Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan jajarannya, Senin (5/12/2016).
Sejumlah poin penting dibahas. Salah satunya adalah berkaitan dengan aksi doa bersama atau yang kerap disebut aksi 212.
Dalam kesempatan tersebut, Tito dan jajarannya "dibanjiri" apresiasi karena aksi berlangsung aman dan tentram bahkan menuai pujian dari banyak pihak.
"Kesuksesan Kapolri dan jajarannya untuk mengamankan aksi 212 kami apresiasi setinggi-tingginya. Luar biasa. Kita tidak bisa bayangkan massa jutaan begitu," kata Wakil Ketua Komisi III Benny K Harman selaku pimpinan rapat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin.
Apresiasi juga diungkapkan anggota Komisi III dari Fraksi Partai Nasdem Taufiqulhadi. Menurut dia, kepolisian dan lembaga-lembaga lainnya dianggap berhasil melindungi wibawa pemerintahan.
Hal tersebut diungkapkannya menyusul adanya isu makar yang dikhawatirkan akan menunggangi aksi 212.
"Kami mengapresiasi sepenuhnya dan langkah berikutnya memang harus tegas karena kita menjamin kedaulatan rakyat yang telah membentuk pemerintahan yang sah," tuturnya.
Sementara itu, anggota Komisi III dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hasrul Azwar menyinggung soal aksi 212 yang sudah menjadi topik hangat dunia.
Kemampuan aparat dalam menertibkan jutaan massa yang berkumpul di area Monas pada hari itu dianggap luar biasa.
"Sekian juta orang bagaimana lamanya waktu untuk menertibkan tapi ternyata cukup 5 menit. Cukup dengan iqamah (panggilan sholat), luruskan saf dan rapatkan. Enggak sampai lima menit," kata Hasrul.
Sementara itu, anggota Komisi III dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Aboe Bakar Alhabsyi mengapresiasi jajaran kepolisian yang mampu melakukan pengamanan aksi. Sehingga hal-hal yang dikhawatirkan sejumlah pihak tak terjadi.
Terutama soal kemungkinan adanya pihak-pihak yang menyusup dan melancarkan agenda lain, selain agenda ibadah.
"Apresiasi, sampai last minute bahkan sampai hari ini tidak terjadi hal-hal yang dikhawatirkan berbagai pihak. Cakap sudah, itu," ujarnya.
Adapun anggota Komisi III dari Fraksi Partai Golkar Adies Kadir memuji sikap pimpinan Polri yang cepat tanggap dalam mengamankan aksi tersebut.
"Kami bangga pimpinan cepat tanggap dan turun langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk berbaur mengamankan Ibu Kota," ucap Adies.
(Baca juga: Doa Bersama 2 Desember yang "Banjir" Pujian)
Dalam kesempatan yang sama, Tito juga menyampaikan bahwa pihak penyelenggara aksi, yaitu Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) sangat kooperatif.
Salah satunya terkait dengan waktu penyelenggaraan aksi. Kepolisian, kata Tito, sebetulnya menyiapkan kesempatan bagi para peserta aksi hingga pukul 16.00 WIB.
Namun, saat itu pihak GNPF MUI justru menolak dan massa akhirnya bubar sekitar pukul 13.00 WIB. Mereka, menurut Tito, mengaku trauma dengan peristiwa 4 November 2016 lalu, saat sempat terjadi kerusuhan usai aksi.
Mereka menegaskan, bahwa kegiatan mereka murni penyampaian aspirasi terkait kasus hukum terhadap Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Mereka tidak ingin seperti peristiwa kemarin. 'Itu akan menodai agama Islam. Kami betul ingin sampaikan aspirasi. Kalau susah pada negara, aspirasi kami sampaikan pada Tuhan'," kata Tito menirukan ucapan perwakilan aksi.
(Baca juga: Kapolri Apresiasi Doa Bersama yang Berlangsung Damai dan Lancar)
Padahal, lanjut Tito, jika melihat psikologi massa, dengan jumlah yang sebanyak itu tingkat kerawanan sangat luar biasa tinggi.
Sebab, jika ada satu orang saja yang memicu kerusuhan, massa akan sangat sulit dikendalikan. Oleh sebab itu, pengamanan ekstra diberlakukan Polri. Ini termasuk menyediakan pengeras suara agar mereka tak melakukan orasi menggunakan mobil-mobil komando.
Dengan menyiapkan pengeras suara, maka sumber suara hanya satu dan panggung menjadi magnet pusat komando.
"Jadi kami hadir di sana bukan untuk populer tapi mengendalikan mereka yang sudah berkomitmen dengan kami, yang berdialog dengan mereka. Sehingga semuanya betul-betul berjalan sesuai rencana," ujar Tito.