Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Yuddy Dinilai Diskriminasi jika Utamakan Lulusan Kampus Ternama Jadi PNS

Kompas.com - 01/06/2016, 14:58 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keinginan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi, untuk mengutamakan lulusan kampus ternama hingga cum laude untuk diterima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dipersoalkan.

Kebijakan itu dianggap diskriminatif bagi lulusan kampus yang kurang ternama.

"Saya kira Menteri Yuddy sebaiknya konsisten saja dengan sistem tes yang ada. Kementerian ini kan bikin tes dengan memunculkan kualifikasi yang ada. Kalau dia bikin persyaratan lagi, kualifikasi itu bisa menggugurkan (alumnus kampus kurang ternama). Lalu, buat apa ada tes?" kata anggota Komisi II DPR Diah Pitaloka saat dihubungi, Rabu (1/6/2016).

Menurut politisi PDI Perjuangan itu, pendidikan di kampus merupakan sebuah proses pembelajaran dan pembentukan karakter seseorang. Sehingga, tidak ada jaminan bahwa lulusan kampus ternama akan selalu menghasilkan lulusan berkualitas.

Sebaliknya, tidak menutup kemungkinan ada lulusan berkualitas yang dihasilkan oleh kampus yang kurang ternama.

(baca: Utamakan Lulusan Kampus Ternama dan "Cum Laude" Jadi PNS, Menteri Yuddy Dikritik)

Ia menambahkan, Kemenpan RB melalui Badan Kepegawaian Nasional telah memiliki kualifikasi yang harus dipenuhi setiap calon PNS yang ingin mendaftar.

Cara itu dipandang lebih adil daripada menentukan kualifikasi seseorang berdasarkan latar belakang kampusnya.

"Dengan menambahkan persyaratan itu (kampus ternama), menurut saya itu diskriminatif," kata dia.

Anggota Komisi II DPR lainnya, Dadang S Muchtar, juga berpandangan kebijakan Menteri Yuddy tersebut diskriminatif.

"S1 itu dari mana saja. Kalau hanya dari universitas ternama, itu diskriminasi namanya. Jangan gitu," kata Dadang.

Menurut Dadang, tidak ada jaminan bahwa lulusan kampus ternama akan menghasilkan alumnus berkualitas. Bahkan, kata dia, ada pula lulusan kampus swasta yang bisa menjadi menteri.

"Yuddy sendiri lulusan mana? Yang perlu diperkuat adalah bagaimana dengan perangkat tes akademik yang ketat," kata dia.

Politisi Golkar itu mengingatkan, agar Menteri Yuddy tidak membuat pernyataan yang justru dapat meresahkan masyarakat. Sebab, pernyataan Yuddy tersebut berpotensi dapat menghilangkan hak individu.

Walau dalam jumlah terbatas, pemerintah kemungkinan besar akan membuka lowongan PNS tahun 2016.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Nasional
SYL Ngaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

SYL Ngaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

Nasional
PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

Nasional
Apresiasi Perwira Inovatif, Annual Pertamina Awards Ke-14 Resmi Dibuka

Apresiasi Perwira Inovatif, Annual Pertamina Awards Ke-14 Resmi Dibuka

Nasional
Bertanya ke Saksi, SYL Tegaskan Bagikan Sembako hingga Sewa Pesawat untuk Kepentingan Masyarakat

Bertanya ke Saksi, SYL Tegaskan Bagikan Sembako hingga Sewa Pesawat untuk Kepentingan Masyarakat

Nasional
162.961 Jemaah Haji Sudah Tiba di Arab Saudi, 36 Wafat

162.961 Jemaah Haji Sudah Tiba di Arab Saudi, 36 Wafat

Nasional
34 dari 37 WNI yang Berhaji Tanpa Visa Haji Dibebaskan dan Dipulangkan ke Tanah Air

34 dari 37 WNI yang Berhaji Tanpa Visa Haji Dibebaskan dan Dipulangkan ke Tanah Air

Nasional
KPU Akan Rapat Internal dan Konsultasi dengan DPR Usai MA Ubah Batas Usia Calon Kepala Daerah

KPU Akan Rapat Internal dan Konsultasi dengan DPR Usai MA Ubah Batas Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
TNI Siap Dikirim ke Gaza untuk Operasi Perdamaian

TNI Siap Dikirim ke Gaza untuk Operasi Perdamaian

Nasional
Istri Terima Uang Rp 30 Juta Per Bulan dari Kementan, SYL: Ada Kegiatan Dharma Wanita

Istri Terima Uang Rp 30 Juta Per Bulan dari Kementan, SYL: Ada Kegiatan Dharma Wanita

Nasional
PN Jakpus Tak Berwenang Adili Gugatan soal Pencalonan Gibran, Pengacara Jokowi: Tak Terbukti Lawan Hukum

PN Jakpus Tak Berwenang Adili Gugatan soal Pencalonan Gibran, Pengacara Jokowi: Tak Terbukti Lawan Hukum

Nasional
Hasto Curiga Ada 'Orderan' di Balik Pemanggilannya ke Polda Metro Jaya

Hasto Curiga Ada "Orderan" di Balik Pemanggilannya ke Polda Metro Jaya

Nasional
Kata PP Muhammadiyah soal Jokowi Beri Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Kata PP Muhammadiyah soal Jokowi Beri Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Nasional
Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur, Jokowi: Pembangunan IKN Terus Lanjut

Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur, Jokowi: Pembangunan IKN Terus Lanjut

Nasional
Prabowo Bentuk Gugus Sinkronisasi, Hasto Singgung Rekomendasi Tim Transisi Era Jokowi

Prabowo Bentuk Gugus Sinkronisasi, Hasto Singgung Rekomendasi Tim Transisi Era Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com