Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Kata hingga Saling Curiga antara Setya Novanto dan Bos Freeport

Kompas.com - 04/12/2015, 08:37 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPR Setya Novanto dan Presiden Direktur PT Freeport Maroef Sjamsoeddin sama-sama sudah angkat bicara mengenai pertemuan mereka yang menimbulkan dugaan adanya permintaan saham.

Kepada pers pada Rabu (18/11/2015), Setya Novanto mengklarifikasi tudingan yang menyebutnya meminta saham Freeport kepada Maroef, dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Sementara itu, Maroef memberikan pernyataan saat dia diundang sebagai saksi dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/12/2015).

Pada intinya, Setya dan Maroef sama-sama mengungkapkan pertemuan berlangsung tiga kali. Pertemuan pertama hanya empat mata antara Novanto dan Maroef, di Ruang Kerja Ketua DPR, April 2015.

Pertemuan dilanjutkan dua kali lagi di sebuah hotel di Pacific Place, Jakarta, pada 13 Mei dan 8 Juni 2015.

Dalam pertemuan kedua dan ketiga, Novanto mengajak pengusaha minyak Riza Chalid.

Setelah pertemuan ketiga, tak pernah ada pertemuan ataupun upaya saling menghubungi via telepon lagi. Hanya di situ kesamaan cerita keduanya.

Sisanya justru adalah kisah yang berbeda, bahkan saling bertolak belakang.

1. Saham

Keterangan yang berlawanan salah satunya adalah cerita soal pembicaraan saham.

Novanto mengaku, baik dia maupun Riza tak pernah meminta saham kepada Freeport, seperti yang dilaporkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said ke MKD.

Politisi Golkar ini mengakui, Riza memang bicara soal saham dalam pertemuan ketiga, tetapi konteksnya adalah divestasi untuk badan usaha milik egara ataupun daerah.

"Bukan maksudnya dia itu ke Jusuf Kalla, maksudnya ke negara itu," kata Novanto.

Novanto justru balik menuding bahwa Maroef-lah yang menawarkan saham kepada Riza.

Namun, Riza menolaknya dengan alasan tak mempunyai uang untuk membeli saham itu.

"'Kenapa Pak Riza enggak ambil saham ini?" kata Novanto, menirukan ucapan Maroef ke Riza.

"Beli saham atau ambil saham saya lupa juga. Tapi nanti ditanyakan ke Pak Riza langsunglah itu," tambahnya.

Namun, Maroef memberikan keterangan berbeda. Menurut dia, jelas ada permintaan saham 11 persen untuk Presiden dan 9 persen untuk Wapres. Permintaan itu disampaikan Riza.

Maroef pun sempat membaca petikan transkrip dari rekaman utuh yang sudah diserahkan Sudirman ke MKD sebagai alat bukti.

"Dalam pembicaraan itu Saudara Riza mengatakan, 11 persen ke Presiden dan 9 persen ke Wapres," kata Maroef.

Maroef juga membenarkan bahwa saham itu diminta sebagai kompensasi jika perpanjangan kontrak PT Freeport, yang akan habis pada 2021, bisa berjalan dengan mulus.

"Selain itu, ada kompensasi mengenai hydro power plan," ucapnya.

2. Renegosiasi kontrak

Setya Novanto mengatakan, sejak awal pertemuan di ruang kerjanya, Maroef sudah meminta pertolongan bagaimana memuluskan renegosiasi kontrak karya PT Freeport Indonesia.

Kontrak tersebut akan habis pada 2021 dan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014, baru bisa dibicarakan perpanjangannya pada 2019.

Novanto menyebut Maroef ingin perpanjangan kontrak tersebut diperpanjang secepatnya. Maroef bahkan mengancam mengenai arbitrase internasional pada Juli 2016.

"Dia mengharapkan mendapat jaminan kelanjutan operasi PT Freeport Indonesia sampai tahun 2041," kata Novanto.

Sementara itu, Maroef mengaku kunjungan pertamanya ke DPR adalah kunjungan resmi karena diminta oleh Komisaris PT Freeport Indonesia, Marzuki Darusman.

Dia mengaku tak hanya menemui Ketua DPR, tetapi juga Ketua MPR Zulkifli Hasan dan Ketua DPD Irman Gusman.

Namun, hanya saat bertemu Novanto-lah pertemuan dilakukan empat mata.

Staf Novanto tak mengizinkan staf Maroef ikut masuk ke ruang pertemuan.

Adapun yang dibahas dalam pertemuan adalah mengenai profil Freeport beserta masalah-masalah yang dihadapinya.

Akan tetapi, Maroef mengaku tidak pernah berharap Novanto bisa membantu memuluskan negosiasi Freeport karena dia menyadari kewenangan tidak ada di legislatif.

"Tidak ada harapan," tegas Maroef.

Terkait arbitrase internasional, Maroef mengaku hanya mengingatkan akan adanya potensi itu. Sebab, saat itu Freeport tak diizinkan mengekspor konsentrat sehingga terancam tak bisa beroperasi.

3. Riza Chalid dan saling curiga

Setya Novanto memutuskan mengajak Riza Chalid dalam pertemuan kedua dan ketiga karena curiga dengan Maroef.

Sementara itu, Maroef curiga karena Setya Novanto mengajak Riza Chalid.

Novanto menjelaskan, yang membuat dia curiga dengan Maroef adalah getolnya mantan Wakil Kepala BIN itu untuk meminta tolong dalam hal pembangunan smelter di Gresik hingga memuluskan renegosiasi kontrak PT Freeport.

Novanto semakin curiga karena ancaman arbitrase internasional yang dilayangkan Maroef.

"Saya dan Riza Chalid sepakat, ini ada hal yang kita harus hati-hati," kata Novanto.

Akhirnya, setelah rekaman percakapan itu kini tersebar, Novanto menyadari bahwa kecurigaannya terbukti.

Dia merasa aneh kenapa percakapan pertemuan itu bisa direkam, kemudian dijadikan bukti oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said untuk melaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan.

"Berarti kata Pak Riza benar nih," ujar Novanto.

Di sisi lain, Maroef curiga karena pada pertemuan kedua, Setya Novanto mengajak seorang pengusaha, bukan perwakilan Komisi VII yang membidangi energi.

Akhirnya pada pertemuan ketiga, Maroef memutuskan untuk merekam.

"Saya rekam, ini inisiatif saya," kata Maroef.

Maroef mengaku merekam dengan ponsel Samsung yang terus diletakkan di atas meja.

Dia juga mengaku tidak memiliki niat untuk menjatuhkan siapa pun saat merekam itu karena tak tahu apa yang akan dibicarakan Novanto dan Riza.

"Ketua DPR berdua. Saya berpikir ini bagian akuntabilitas saya bahwa saya dapat mandat dari perusahaan. Saya khawatir berdasarkan pertemuan kedua," kata dia.

Cerita siapa yang benar?

Yang jelas, keterangan yang disampaikan Novanto dan Maroef itu disampaikan dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

Novanto menyampaikan cerita versinya kepada sejumlah media, di kediamannya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Adapun Maroef menyampaikan cerita versinya dengan disumpah pada sebuah sidang etik kepada 17 anggota Majelis MKD.

Pemeriksaan MKD terhadap Novanto rencananya baru akan dilakukan pada Senin (7/7/2015) pekan depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com