Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhan: Bela Negara Bukan Latihan Wajib Militer

Kompas.com - 20/10/2015, 05:47 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menjelaskan pentingnya program Bela Negara yang akan segera diperkenalkan kembali oleh kementeriannya. Menurut dia, konsep Bela Negara itu bukanlah dalam artian wajib militer, melainkan menanamkan rasa rela berkorban bagi bangsa dan negara.

"Tujuan Bela Negara adalah untuk mengubah perilaku supaya dia bangga kepada bangsanya, dia cinta kepada bangsa dan negara, dan akhirnya siap bekerja untuk bangsa dan negaranya, bila perlu mati untuk negaranya, berkorban. Itu muaranya, tujuannya, prosesnya ya ada," kata Ryamizard di Istana Kepresidenan, Senin (19/10/2015) malam.

Ryamizard hari ini dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi) khusus untuk menjelaskan soal Bela Negara yang mengundang perdebatan publik. Menurut Ryamizard, konsep penanaman cinta tanah air itu sama sekali tidak memasukkan unsur latihan militer, apalagi jika disebut sebagai cikal bakal wajib militer.

"Enggak ada saya ngomong wajib militer. Wajib militer ngapain? Wajib militer kan latihan militer, ini kan enggak. Mengubah otak supaya bangga kepada negara ini, apa enggak boleh? Kan harus itu!" kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.

Menurut dia, untuk mencapai tujuan akhir agar setiap warga negara rela berkorban demi negaranya, ada beberapa tahapan yang perlu dijalani warga negara. Misalnya, Ryamizard menyebutkan seorang warga negara akan dikenalkan hukum, pengalaman Pancasila, hingga tanggap bencana alam.

Untuk memupuk pemahaman-pemahaman itu, Ryamizard mengatakan warga negara nantinya akan dilatih di dalam kelas yang disiapkan di kompleks Resimen Induk Komando Daerah Militer (Kodam) yang ada di setiap provinsi.

"Diajar ada kurikulumnya Bela Negara harus tahu sejarah bangsa ini biar dia ngerti. Bagaimana dia bangga kalau enggak ngerti sejarah perjuangan panjang sekali, dia enggak ngerti kita dijajah berapa ratus tahun, dia enggak ngerti bangsa ini dijajah tuh susah," ucap Ryamizard.

Dia menargetkan akan ada 100 juta tenaga bela negara dalam waktu 10 tahun mendatang. Dia optimis target itu bisa dicapai lantaran program bela negara bukanlah program baru.

"Kamu tahu, pramuka itu sudah bela negara. Kamu hitung sudah berapa? saya hitung-hitung sudah 60 juta, tinggal 40 lagi. Ini sudah lama. Enggak tahu kan? Saya angkat karena ini penting," ucap dia.

Setelah kementeriannya mengangkat program ini, Ryamizard mengaku banyak warga yang menyatakan berminat. Dia pun mengklaim sudah mendapatkan restu dari Presiden Jokowi untuk melanjutkan program itu.

"Hanya orang-orang tertentu saja yang enggak suka," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com