Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapat Kerja di DPR, Menteri LH Cerita Kesulitan Dana Tangani Kebakaran Hutan

Kompas.com - 16/09/2015, 16:18 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, keterbatasan sarana dan prasarana pemadam kebakaran membuat penanganan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan kurang optimal. Di sisi lain, anggaran yang dimiliki Kementerian LH untuk pengadaan sarana dan prasarana juga terbatas.

"Kami usulkan dukungan pesawat karena kondisinya seperti ini. Dengan anggaran yang memang sangat berat, saya merasakan betapa sulitnya para dirjen, tapi dipaksa menteri pada diam saja," kata Siti saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Rabu (16/9/2015).

Rapat kerja itu sedianya membahas usulan anggaran Kementerian LH di dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016. Namun, agenda rapat berubah membahas persoalan kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan bencana kabut asap.

Siti menambahkan, untuk menangani musibah tersebut, Kementerian LH harus mengorbankan sejumlah anggaran yang sebelumnya dialokasikan untuk program-program prioritas.

"Pengadaan pesawat pengendalian kebakaran, Rp 650 miliar terpaksa diambil dari program-program yang ada, sedikit banyak mengganggu prioritas. Misalnya, kami mengambil dari pengendalian DAS (daerah aliran sungai) dan hutan lindung," ujarnya.

Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo mengatakan, dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan ini sudah cukup mengkhawatirkan. Namun, meski pemerintah daerah telah menetapkan sebagai kondisi darurat, pemerintah pusat hingga kini belum menetapkannya sebagai peristiwa bencana nasional.

"Ini sudah sangat gawat darurat karena tingkat pencemaran di atas 300 bahkan 400. Sudah tujuh hari terakhir ini (terjadi)," kata Edhy.

Politisi Gerindra itu menyarankan agar pemerintah pusat membantu pemda dengan suntikan modal penanganan. Menurut dia, pemda saat ini tak bisa leluasa bergerak dengan anggaran yang ada karena anggaran yang telah diberikan pusat tentu sudah dialokasikan untuk kepentingan lain.

"Menurut, saya paling tepat bagaimana peran daerah difungsikan optimal, tidak hanya disalahkan atau disuruh suruh tapi juga hrus diberikan bekal modal usaha jadi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com