"Sebanyak 153 penduduk yang rumahnya terbakar terpaksa mengungsi di penampungan milik Kemensos, yang berlokasi di belakang Koramil," ujar Khofifah dalam konferensi pers di kediamannya, Komplek Widya Chandra, Jakarta, Senin (20/7/2015).
Menurut Khofifah, dalam insiden di Tolikara, sebanyak 63 kios dan sebuah mushala ikut terbakar. Sebagian besar kios-kios tersebut ternyata juga digunakan oleh warga setempat, termasuk penduduk asli Papua, sebagai tempat tinggal.
Sementara itu, terkait kebutuhan hidup para pengungsi, Khofifah memastikan bahwa persediaan logistik dan bahan makanan telah disiapkan oleh tim Kemensos yang telah berada di Tolikara, Papua.
Kemensos juga menyediakan bantuan trauma healing bagi anak-anak di pengungsian. Saat ini terdapat dua tim Kemensos yang mampu memberikan trauma healing bagi anak-anak.
"Beberapa anak yang rumahnya ikut terbakar memang membutuhkan penyembuhan psikologis," kata Khofifah.
Sebelumnya, sekelompok orang yang diduga jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) mendatangi Mushala Baitul Mustaqin di Tolikara, Papua, saat umat Islam menggelar shalat Idul Fitri, Jumat pagi. Sekelompok orang ini melakukan protes lantaran pengeras suara yang digunakan dalam shalat Idul Fitri itu mengganggu acara yang juga tengah digelar umat GIDI.
Menurut Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil di Indonesia (PGLII) Roni Mandang, umat GIDI datang ke umat Islam secara baik-baik. Namun, tembakan aparat ke arah umat GIDI membuat situasi menjadi kacau.
Situasi semakin kacau begitu diketahui bahwa satu orang meninggal dunia akibat rentetan tembakan itu. Akibatnya, warga kemudian membakar kios di sekitar lokasi. Namun, api merembet ke mushala yang dijadikan tempat shalat Idul Fitri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.