Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISIS Incar Indonesia karena Faktor Agama dan Ekonomi

Kompas.com - 13/03/2015, 19:00 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 16 Warga Negara Indonesia yang hilang di Turki diduga hendak menyeberang ke Suriah dan bergabung dengan jaringan Islamic State of Irak and Syria atau ISIS. Hal ini semakin memperpanjang catatan WNI yang bersedia bergabung dengan kelompok radikal tersebut.

Berdasarkan data pemerintah, saat ini setidaknya ada 514 WNI yang diduga bergabung dengan ISIS. Apa sebenarnya faktor yang menyebabkan ISIS tertarik merekrut WNI sebagai prajurtinya?

Pengamat intelijen Wawan H Purwanto menduga faktor agama hingga ekonomi lah yang membuat ISIS tertarik untuk merekrut warga negara Indonesia untuk ikut berjihad ke timur tengah.

Wawan menjelaskan, sebagai salah satu negara Islam terbesar di dunia, ISIS sudah sejak lama melihat Indonesia sebagai sasaran empuk. Banyaknya warga Indonesia yang salah mengartikan ajaran Islam, akhirnya terjerembab.

"Meskipun mayoritas masyarakat Indonesia menganut ajaran Islam moderat, ahlussunnah wal jamaah, tapi banyak relawan yang datang kesini dan mengajak mereka. Sehingga potensi besar yang ada di masyarakat Indonesia menjadi tujuan mereka," kata Wawan kepada Kompas.com, Jumat (13/3/2015).

Biasanya, lanjut Wawan, ISIS juga mengandalkan jaringan kekerabatan untuk merekrut relawannya. ISIS akan merekrut terlebih dahulu seorang yang memilki relasi dan jaringan luas. Nantinya, orang itu lah yang akan mengajak jaringannya bergabung. Dengan begitu, tak akan terlalu sulit untuk menjaring relawan-relawan yang siap untuk bertempur.

"Biasanya dari pertemanan, saudara-saudara dekat. Atau dari afliasi, tokoh satu pemikiran yang memiliki pemahaman pemahaman jihad yang sama," ujar Wawan.

Kondisi ini, kata dia, diperburuk dengan keadaan ekonomi Indonesia yang kurang memadai. Masih banyaknya warga yang berada dibawah garis kemiskinan langsung tergiur ketika ditawari uang dan harta berlimpah.

"Memang masalah gaji ini juga menjadi persoalan serius," ujarnya. (Baca: Kronologi Hilangnya 16 WNI di Turki)

Aparat keamanan Turki telah menahan 16 yang mencoba menyeberang ke Suriah itu Ke-16 WNI tersebut terdiri dari tiga keluarga. Rute yang mereka tempuh untuk menuju Suriah biasa digunakan para simpatisan kelompok ISIS.

Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah ke-16 WNI itu hendak bergabung dengan ISIS. Awalnya, mereka melakukan tur wisata ke Turki dengan menggunakan agen perjalanan Smailing Tour, tetapi memisahkan diri dari rombongan. Polisi mengidentifikasi kelompok ini berbeda dengan kelompok WNI yang ditahan Turki. (Baca: 16 WNI Ditahan Saat Menuju Suriah, Kemenlu Koordinasi dengan Polisi, Intel, BNPT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com