Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ke-85 Jokowi-JK: "Blusukan" ke Sentra Industri di Bandung

Kompas.com - 05/02/2015, 11:12 WIB
Laksono Hari Wiwoho

Penulis

Pemerintahan Jokowi-JK telah genap 100 hari, Selasa (27/1/2015), sejak dilantik 20 Oktober 2014. Kebijakan strategis dan langkah politik dari para pejabat baru pemerintahan menjadi sorotan. Kompas.com hari ini menulis 100 artikel yang berisi kebijakan dan peristiwa menonjol yang terjadi dalam 100 hari pemerintahan baru dari hari ke hari.

JAKARTA, KOMPAS.com
 — Di tengah munculnya protes atas rencana pergantian Kepala Polri, Senin (12/1/2015), Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Bandung, Jawa Barat. Kunjungan itu untuk membuka Musyawarah Nasional XV Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) serta blusukan ke sentra industri.

Jokowi memberikan sambutan di Munas XV Hipmi. Munas itu sedianya untuk memilih ketua Hipmi periode 2015-2018. (Baca: Jokowi: "Spanduk di Mana-mana, Pemilihan Ketua Hipmi Sudah kayak Pilpres").

Dari sana, Jokowi bergeser ke sentra industri rajut di Jalan Binong Jati, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung. Di sana, ia mendengarkan keluh kesah para perajin rajut. Jokowi juga memberikan bantuan untuk mereka. (Baca: Jokowi Beri Bantuan Rp 250 Juta untuk Perajin Rajut Binong Jati).

Kunjungan di Bandung pada hari itu dilanjutkan ke PT Pindad di Jalan Gatot Subroto. Presiden berkesempatan melihat deretan peralatan militer yang diproduksi oleh PT Pindad. Jokowi juga menjanjikan kucuran dana ratusan miliar rupiah agar PT Pindad dapat meningkatkan produksinya. (Baca: Jokowi Akan Kucurkan Rp 700 Miliar ke Pindad untuk Tingkatkan Produksi).

Sementara itu, di Jakarta, polemik tentang penunjukan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon tunggal kepala Polri kian meruncing. Di tengah respons penolakan terhadap pencalonan itu, mantan Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Yunus Husein mengungkapkan bahwa Budi Gunawan pernah diberi "rapor merah" ketika namanya dimasukkan dalam daftar calon menteri. (Baca: Mantan Ketua PPATK: Budi Gunawan Mendapat Rapor Merah dari KPK dan PPATK).

Penunjukan Budi itu juga dianggap sebagai sikap inkonsistensi Jokowi. Penunjukan itu tanpa melalui pertimbangan KPK dan PPATK, tidak seperti ketika Jokowi menyeleksi calon menteri dalam kabinetnya. (Baca: Tantowi: Presiden Jokowi Tidak Konsisten!)

Sebaliknya, anggota DPR maupun partai pendukung Jokowi menilai pencalonan itu merupakan hak prerogatif Presiden. DPR ingin meminta klarifikasi kepada Budi tentang berbagai kasus hukum yang diduga melibatkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

BrandzView
Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Nasional
Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Nasional
Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Nasional
Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Nasional
Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Nasional
Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Nasional
Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Nasional
Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Nasional
Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Nasional
Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Nasional
Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Nasional
Ada 'Backlog' Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Ada "Backlog" Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Nasional
Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Nasional
Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com