Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foto Jokowi yang Menyelamatkan Integritas

Kompas.com - 21/01/2015, 11:36 WIB
Tjahjo Sasongko

Penulis

SARAPAN PAGI

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah foto karya jurnalis foto Kompas.com yang menjadi pemenang anugerah jurnalistik Adinegoro 2014 seharusnya memiliki makna internal yang lebih dalam.

Karya jurnalis Kompas.com berjudul "Jokowi di Konser Salam 2 Jari" yang pertama ditayangkan pada Sabtu, 5 Juli 2014, ini dianggap sebagai karya terbaik kategori jurnalistik foto Adinegoro 2014. Foto ini menyisihkan 115 peserta lainnya yang ikut dalam anugerah tahun ini.

Saya tidak ingin masuk dalam perdebatan apakah foto dengan teknologi drone—semacam kamera dengan remote control—ini murni karya fotografer bersangkutan atau tidak. Ataukah ini merupakan suatu karya hasil keroyokan para jurnalis foto Kompas.com yang sangat terbantu teknologi.

Yang pasti, saya atau mungkin kami harus berterima kasih pada karya tersebut. Secara internal Kompas.com, karya jurnalistik ini saya anggap memiliki makna dahsyat untuk mengembalikan  nilai-nilai yang tergerus atau digerus dari entitas Kompas.com ini.

Karya ini muncul justru di saat eksistensi jurnalis online semakin disudutkan dengan apa yang disebut sebagai jurnalis warga. Apa yang dilakukan jurnalis online kerap dianggap tidak memiliki kelebihan kalau tidak ingin dikatakan lebih buruk daripada apa yang dilakukan warga biasa yang memiliki kelebihan dalam akses, waktu, dan bisa jadi peralatan.

Tingkat pelecehan ini kadang dilakukan juga oleh beberapa pihak yang lebih suka dipanggil sebagai jurnalis warga atau pegiat jurnalis warga daripada menyebut diri sebagai jurnalis (media) online.

Jurnalis online kadang dianggap sebagai segerombolan tukang upload pemalas yang hanya menunggu berita jatuh dari langit. Sifat kerja yang dinamis di meja kerja dengan terus menatap monitor memang membuat sebagian tuduhan itu menjadi benar. Ini juga mungkin yang ingin dihindari jurnalis cetak saat akan ditransformasi ke media online.

Padahal, jurnalis adalah jurnalis. Jurnalis adalah profesi. Selain di dalamnya terkandung target, keinginan, dan ambisi pribadi, di dalamnya juga terkandung tanggung jawab publik yang harus dipertanggungjawabkan melalui karyanya. Jadi, boleh saja seorang jurnalis ingin menjadi kaya dengan mendapat fasilitas mobil, jalan-jalan ke luar negeri, makan enak, dan olahraga setiap sore. Tetapi, begitu kembali pada karya, dia memiliki tanggung jawab agar karyanya tampil maksimal dan memiliki dampak pada suatu ketimpangan yang telah diamatinya.

Dalam skala kecil, saya mencoba melakukan hal ini di bidang liputan saya di olahraga. Dari pergaulan saya dengan orang-orang olahraga saja, saya bisa menyimpulkan betapa sudah sangat kronisnya penyakit korupsi di negara ini, termasuk di bidang olahraga. Dana-dana yang seharusnya bisa untuk membesarkan bibit-bibit atlet yang disemai orang tua atlet bahkan disikat oleh pihak yang justru memiliki predikat pembina. Setandas-tandasnya hingga akhirnya orang-orang tua itu menyerah dan membiarkan bibit yang ada layu sebelum berkembang.

Sebagai liputan jurnalistik, fenomena ini jelas kalah dengan skandal suap sepak bola, atau bonus besar di Pekan Olahraga Nasional. Sudah tidak menarik, meliputnya pun sulit dan berisiko. Tetapi, sebagai jurnalis, saya justru harus menganggap tulisan ini misalnya yang justru akan bisa menjawab masalah mengapa olahraga Indonesia tidak kunjung bangkit.

Kembali ke foto "Jokowi di Konser Salam 2 Jari" yang fenomenal buat kami ini. Kebetulan saya juga hadir di Gelora Bung Karno Senayan, Sabtu, 5 Juli tersebut. Di lapangan ataupun di sekitar lintasan lari Stadion Gelora Bung Kano Senayan maupun di belakang panggung, saya beberapa kali bertemu dua jurnalis foto kami, Roderick Adrian Mozes dan Kristianto Purnomo.

Keduanya juga merupakan kolega saya sebagai sesama alumni penghargaan Anugerah Adiwarta. Saat itu, saya lihat keduanya asyik mengoperasikan drone. Kalaupun sempat ngobrol, mereka  menunjuk kepada saya drone milik Kompas.com, di antara beberapa drone yang beterbangan di atas Senayan sore itu.

Ketika melihat antusias mereka bekerja di antara riuhnya massa yang mengelu-elukan (calon) Presiden Jokowi sore itu, tiba-tiba saya kembali dihinggapi dengan rasa kebanggaan memilih profesi sebagai jurnalis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com