Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Dinilai Bakal Terus Diserang Isu "Presiden Boneka"

Kompas.com - 14/08/2014, 18:46 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Lembaga peneliti media sosial Public Virtue Institute menyatakan, presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) akan rentan mendapat serangan atas isu "presiden boneka" dan keterlibatannya dengan pihak asing oleh pihak-pihak yang menjadi oposisi kelak.

"Kampanye kotor di media sosial atau 'online smear campaign' bisa membalikkan keadaan, menyerang Jokowi, apalagi kalau kubu oposisi Jokowi nanti terus menyuarakan isu 'presiden boneka' dan dominasi asing yang memang rentan bagi Jokowi. Kalau isu komunisme dan zionis itu kejauhan menurut saya," kata Deputi Direktur Eksekutif Public Virtue Institute John Muhammad, dalam diskusi di Jakarta, Kamis (14/8/2014), seperti dikutip Antara.

John mengatakan, isu "presiden boneka" dan dominasi asing rentan bagi Jokowi karena seolah terverifikasi dengan fakta-fakta yang hadir belakangan ini.

Ia mencontohkan, saat ini Jokowi membangun sebuah "rumah transisi" untuk menyaring menteri dalam kabinetnya kelak apabila resmi dilantik. Rumah transisi itu diketuai oleh Rini Soemarno yang disebut-sebut sebagai orang dekat Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Meskipun dominasi Megawati dalam pemerintahan Jokowi masih perlu dibuktikan kebenarannya, menurut dia, hal itu bisa menjadi sebuah verifikasi bagi publik, jika isu "presiden boneka" terus disuarakan.

"Jadi isu boneka dan asing itu terverifikasi, contohnya ada Megawati, Rini, dan Hendropriyono di rumah transisi. Itu bisa menjadi senjata bagi kubu Prabowo, atau siapapun yang menjadi oposisi nantinya. Sedangkan bagi Jokowi itu sebuah ranjau politik," kata John.

Di sisi lain, menurut dia, publik juga akan mengontrol kebenaran atas isu tersebut seiring waktu yang berjalan.

John memperkirakan, bahwa kampanye kotor akan terus berlangsung meskipun proses pilpres selesai nanti. Kampanye kotor yang telah digunakan selama proses pilpres akan menjadi sebuah "investasi" bagi pihak lawan untuk menyerang di masa datang.

Kurang cerdik

Lebih jauh, John menilai selama ini kubu Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa kurang cerdik dalam melancarkan serangan di media sosial. Menurut dia, isu-isu yang dilontarkan kubu Prabowo-Hatta untuk mempengaruhi opini publik cenderung berganti-ganti.

"Seandainya 'smear campaign' yang dilontarkan bisa lebih cerdik, maka situasinya saat ini bisa berbeda. Misalnya, seandainya kampanye 'presiden boneka' itu sejak awal dieksploitasi secara terus menerus, bisa berbeda situasinya. Tapi Prabowo-Hatta cenderung berubah-ubah, misalnya kemudian mengangkat isu komunisme dan lain sebagainya," ucap dia.

Proses Pilpres 2014 kini tengah bergulir di Mahkamah Konstitusi. Kubu Prabowo-Hatta menggugat keputusan KPU yang menetapkan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2014-2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com