Salah satu indikator peningkatan tersebut terlihat dari data yang dimiliki lembaga nirlaba bantuancoffee.org, lembaga yang fokus pada penyelamatan dan pendampingan anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual.
Aldi, salah satu pendiri bantuancoffee.org, mengatakan, sejak 2011 lembaganya sudah memberikan pendampingan terhadap 200 anak. "Rata-rata mereka berusia 13 sampai 17 tahun," sebut Aldi, Minggu (8/6/2014). Jumlah tersebut, ujar dia, merupakan akumulasi selama tiga tahun terakhir dengan kecenderungan angka yang terus bertambah dari tahun ke tahun.
"Data tersebut belum menghitung korban lain yang tak didampingi bantuancoffee.org atau korban yang belum diketahui," kata Aldi yang juga merupakan aktivis di Kantor Bantuan Hukum (KBH) Lampung.
Aldi tak menampik bahwa kenaikan data itu bisa jadi merupakan hasil dari semakin tumbuhnya kesadaran warga untuk mengadukan kasus-kasus perdagangan manusia maupun eksploitasi seksual.
Namun, Aldi mengingatkan pula kemungkinan data tersebut merupakan cermin dari meningkatnya kasus perdagangan manusia dan eksploitasi seksual yang hingga sekarang masih dipahami sebagai fenomena gunung es.
Menurut Aldi, jumlah korban yang terus meningkat itu sebagian besar diduga juga disebabkan relatif semakin abainya anggota keluarga inti, dalam hal ini orangtua, terhadap apa yang tengah terjadi pada anak-anak mereka.
Padahal, kata Aldi, dalam banyak kasus, anak-anak yang telah menjadi korban juga benar-benar tidak paham apa yang mereka alami termasuk setelah terinfeksi penyakit menular seksual (PMS).
Koordinator program penyelamatan dan pendampingan anak yang jadi korban eksploitasi seksual bantuancoffee.org, Mahmudah, mengatakan, anak-anak itu sebagian besar dijerumuskan oleh orang-orang terdekat atau yang sebelumnya telah mereka kenal.
Pada bagian lain, upaya menjerat pelaku kadang kala terhambat pada relatif masih kurangnya pemahaman sebagian penyidik terhadap Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang berikut sejumlah undang-undang lain yang terkait.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.