Secara struktural, kata dia, seorang babinsa bertugas di komando rayon militer (koramil). Mereka dituntut memiliki kemampuan sosial untuk pembinaan masyarakat desa. Melalui pembinaan itu, lanjut Fuad, seorang babinsa akan mampu mengetahui latar belakang masyarakat dan potensi konflik yang mungkin timbul di wilayah itu. Potensi konflik tersebut kemudian dipetakan untuk diolah di satuan di atas koramil yakni komando distrik militer (kodim).
"Dengan peta itu, kita bisa mengambil langkah antisipasi dari jauh hari. Ooo, misalnya di daerah ini sering ada tawuran, atau di daerah ini rawan pencurian," kata Fuad kepada Kompas.com, Jumat (6/6/2014).
Ia menambahkan, pembinaan di masyarakat ini diharapkan dapat memungkinkan sebuah informasi, terutama yang terkait hal mencurigakan, dapat segera diketahui.
Ia mencontohkan sebuah wilayah pantai atau sungai di pedalaman, yang biasanya tidak pernah dilalui kapal, tetapi tiba-tiba ada kapal berlabuh atau melintasi daerah itu. Contoh lainnya, apabila ada anggota baru di masyarakat yang gerak-geriknya mencurigakan. Dengan adanya laporan masyarakat, hal tersebut akan segera terdeteksi.
"Masyarakat akan melaporkan jika babinsa melakukan pembinaan dengan baik," katanya.
Namun, Fuad mengungkapkan, pekerjaan yang harus dilakukan para anggota babinsa itu terbilang cukup berat. Menurut dia, jumlah desa yang ada di Indonesia tidak berbanding lurus dengan jumlah anggota babinsa yang ada. Idealnya, satu anggota babinsa hanya membina satu desa.
"Kita ambil contoh dalam satu wilayah itu ada tujuh desa. Nah perbandingannya itu sekarang satu anggota babinsa membina tujuh desa," ujarnya.
Fuad membantah jika TNI disebut tidak pernah berupaya untuk meningkatkan jumlah anggota babinsa yang ada. Merekrut babinsa supaya kebutuhan satu desa satu personel terpenuhi memerlukan anggaran yang cukup besar. Namun, TNI, kata Fuad, memahami kondisi keuangan negara yang dinilai belum mampu memenuhi hal itu.
"Kami memaksimalkan seluruh potensi yang ada dengan pembinaan maksimal. Dengan demikian, deteksi dini atas potensi konflik dapat dilakukan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.