Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pembelaan Kivlan Zen untuk Prabowo Terkait Penculikan Aktivis

Kompas.com - 06/05/2014, 18:00 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Mantan Kepala Staf Kostrad Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen membuka kembali peristiwa bersejarah penculikan 13 aktivis pada 1997-1998, yang hingga kini masih dinyatakan hilang. Kivlan mengaku tak ada perintah untuk melakukan penculikan.

Dia menyebut, istilah "penculikan" baru belakangan dibuat. Ketika peristiwa itu terjadi, menurutnya, tentara berusaha mengamankan situasi Jakarta yang mulai kacau.

"Jadi ada rencana operasi, penopskam, yang ditandatangani Panglima ABRI Feisal Tanjung. Saat itu, istilahnya bukan penculikan, makanya Kodam, Kostrad, dan lain-lain bergerak karena untuk mengamankan pergerakan kelompok-kelompok," ujar Kivlan dalam sebuah diskusi tentang hak asasi manusia (HAM) di Jakarta, Selasa (6/5/2014).

Kivlan menuturkan, ketika itu tanda-tanda kekacauan sudah mulai terjadi dengan adanya peristiwa bom di Tanah Tinggi yang dimotori Andi Arief dan kawan-kawan, hingga pengeboman di perumahan Bekasi.

Aksi pengeboman ini dilakukan untuk menggagalkan Pemilu 1997 dan Sidang Umum MPR 1998. Ketika operasi ini dilancarkan, Prabowo Subianto menjabat sebagai Pangkostrad yang mendapat mandat dari Panglima ABRI Jenderal (Purn) Feisal Tanjung.

TRIBUNNEWS/DANY PERMANA Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menghadiri kampanye Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/3/2014). Partai Gerindra dari jauh hari sebelumnya telah menetapkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden dalam Pemilu 2014.


Sementara itu, Kivlan adalah wakil Prabowo di Kostrad yang membawahi pergerakan intelijen. Kivlan mengaku menerima semua laporan gerakan kelompok-kelompok yang berusaha mengacaukan Jakarta. Saat perintah penangkapan aktivis diluncurkan, Kostrad pun bergerak.

"Yang saya tahu kalau ada kekacauan, ya ditangkap karena waktu itu belum kondusif setelah Sidang Umum MPR. Maka rencananya akan dimasukkan ke sidang pengadilan anti-teror," ucap Kivlan.

Berdasarkan catatan Kontras, sebanyak 23 aktivis dihilangkan ketika itu. Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang hingga kini.

Dari sembilan orang yang dilepaskan itu, ada di antaranya yang bergabung bersama Prabowo ke Partai Gerindra, yakni Desmond Junaidi Mahesa dan Pius Lustrilanang.

Kivlan menuturkan, Prabowo sudah melepaskan semua aktivis. Namun, Kivlan menduga, setelah para aktivis ini dilepas, ada kelompok kontra intelijen yang kemudian menculik aktivis kembali hingga hilang agar Prabowo menjadi kambing hitam dari peristiwa penculikan ini.

"Kemungkinan ada double agent. Banyak jenderal, militer, sipil yang menjadi double agent dan yang tidak suka Pak Harto. Ini sudah mainannya kontra intelijen. Mereka inilah yang menculik 13 aktivis itu," ujarnya.

Di dalam kasus penculikan ini, Kivlan mengaku tak bermaksud membela Prabowo. Dia menampik dibayar Prabowo untuk membela mantan Danjen Kopassus itu.

"Saya bukan orang Prabowo. Saya hanya mau berbicara kebenaran. Kenapa saat polisi menembak, tidak ada yang protes? Saat kami bergerak, disebut menculik? Ini tidak benar," ujar pria yang kini maju sebagai caleg Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi 'Online'

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi "Online"

Nasional
Pemerintah Putus Akses Internet Judi 'Online' Kamboja dan Filipina

Pemerintah Putus Akses Internet Judi "Online" Kamboja dan Filipina

Nasional
Upaya Berantas Judi 'Online' dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Upaya Berantas Judi "Online" dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Nasional
Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Nasional
Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku 'Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste'

Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku "Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste"

Nasional
Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Nasional
Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Nasional
2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

Nasional
TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi 'Online' Bisa Dipecat

TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi "Online" Bisa Dipecat

Nasional
Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Nasional
TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

Nasional
Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan 'Autogate' Imigrasi Mulai Beroperasi

Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan "Autogate" Imigrasi Mulai Beroperasi

Nasional
Satgas Judi 'Online' Akan Pantau Pemain yang 'Top Up' di Minimarket

Satgas Judi "Online" Akan Pantau Pemain yang "Top Up" di Minimarket

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com