Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istri Brigjen MS Belum Ditahan, Ini Kata Mabes Polri

Kompas.com - 26/02/2014, 17:21 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Istri Brigadir Jenderal (Purn) MS, M, telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan dan penyekapan 17 pekerja rumah tangga (PRT). Kendati demikian, hingga saat ini Polres Bogor Kota yang menangani perkara ini tak kunjung menahan M.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie menjelaskan, ketentuan penahanan terhadap seorang tersangka dalam sebuah kasus pidana sudah diatur di dalam Pasal 21 KUHAP. Seorang tersangka ditahan jika dikhawatirkan ia melarikan diri atau menghilangkan barang bukti.

Selain itu, penahanan juga dilakukan jika dikhawatirkan seorang tersangka mengulangi perbuatan yang sama dan menyulitkan proses penyidikan. “Kalau proses tidak sulit, maka penahanan itu tidak dilaksanakan,” kata Ronny di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (26/2/2014).

Sementara itu, dalam konteks penahanan terhadap M, Mabes Polri menyerahkan sepenuhnya wewenang itu kepada penyidik Polres Bogor Kota. Pasalnya, penyidik memiliki wewenang menentukan kapan penahanan dilakukan.

"Itu kita berikan sepenuhnya kepada penyidik di bawah kendali Kaporles. Tidak bisa didikte," ujarnya.

Ia menambahkan, Mabes Polri siap memberikan bantuan kepada penyidik jika diperlukan. Menurutnya, kasus ini sudah menjadi atensi Kapolri Jenderal Pol Sutarman untuk segera diselesaikan.

Sebelumnya diberitakan, setelah melaksanakan gelar perkara, Selasa (25/2/2014) kemarin, penyidik Polres Bogor Kota menetapkan M sebagai tersangka. Penyidik menjerat M dengan tiga pasal, yaitu Pasal 2 Undang-Undang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) atau Pasal 44 Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan atau Pasal 80 Undang-Undang Perlindungan Anak.

Dugaan penganiayaan dan penyekapan terhadap sejumlah PRT di kediaman MS itu mencuat setelah korban bernama Yuliana Laiwer (17) berhasil keluar dari rumah itu dan melapor ke polisi. Dengan didampingi keluarganya, korban melapor ke Polres Bogor Kota, Jumat (14/2/2014). Ia mengaku disekap dan dianiaya majikannya berinisial M, istri MS. Yuliana juga mengaku bahwa masih ada sejumlah PRT lain di kediaman purnawirawan polisi tersebut.

Dari penelusuran, peristiwa yang menimpa 15 pekerja itu mengulang kejadian serupa pada September 2012. Waktu itu, 12 pekerja asal Nusa Tenggara Timur kabur dari rumah MS karena mendapat siksaan dan tidak digaji. Kala itu, mereka kabur lalu mencoba mencari pertolongan di kantor PT Jasa Marga (Persero), Tol Jagorawi, Baranangsiang, Kota Bogor.

Keberadaan mereka diketahui petugas yang kemudian datang, menjemput, dan membawa mereka ke kantor untuk dirawat dan dipulangkan ke daerah asal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com