BADUNG, KOMPAS -
”Saya akan melanjutkan tugas saya hingga akhir masa bakti, insya Allah sampai 20 Oktober 2014. Tentu kita akan menyambut pemimpin baru beserta pemerintahannya untuk memimpin kita semua mengatasi rintangan dan menjawab tantangan. Yang sudah baik dijaga dan yang belum baik diperbaiki,” kata Presiden saat pidato dalam Forum Pemimpin Redaksi di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (14/6).
Presiden menyatakan, tantangan Indonesia adalah terus membangun dan menghadirkan demokrasi yang lebih matang dan berkualitas. ”Kalau ini terjaga, sekeras apa pun kompetisi Pemilu 2014, demokrasi akan tetap terjaga baik dan tujuan pemilu menghasilkan kepemimpinan baru dapat terwujud,” katanya.
Yudhoyono yang menjabat dua periode itu mengatakan, tidak mungkin cita-cita bangsa diselesaikan seorang presiden. Masing-masing memiliki peran. ”Harus disadari, mewujudkan impian bangsa adalah pekerjaan yang tidak pernah putus dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dari satu pemimpin ke pemimpin berikutnya. Kuncinya adalah keberlanjutan dan perubahan,” ujar Presiden.
Dalam setahun sisa pemerintahannya, Yudhoyono melihat, menciptakan kerukunan, persatuan, dan toleransi merupakan tantangan. Presiden membanggakan peran Indonesia, seperti di G-20, yang perlu ditingkatkan. Selepas Pemilu 2014, mewujudkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi yang besar menjadi tantangan. Krisis global yang belum sepenuhnya kembali normal juga disinggung Presiden.
Di tengah kegiatan yang mendapat kritik luas, salah satunya dari Aliansi Jurnalis Independen, dibacakan sembilan butir komitmen yang sudah disiapkan.
Menurut Suryopratomo dari Panitia Pengarah Forum Pemimpin Redaksi 2013, sembilan butir komitmen itu mengandung dua hal. Pertama, ajakan kepada seluruh pemangku kepentingan fokus dan bahu-membahu membangun Indonesia menjadi perkasa dan menyejahterakan rakyat. Kedua, dapat menjawab keraguan publik tentang kesiapan pers mengemban amanat masyarakat. Amanat itu berkaitan dengan pers sebagai pilar keempat demokrasi dan pendorong pembangunan di berbagai bidang.
Pertemuan diikuti sekitar 200 pemimpin redaksi dari berbagai media massa di Indonesia. Namun, forum ini tidak lebih jadi forum seminar tanpa interaksi antar-pemimpin redaksi untuk membicarakan agenda. Sejumlah acara digelar tanpa kendali panitia sehingga membuat suasana tidak nyaman.