Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Prihatin dengan Intoleransi

Kompas.com - 26/05/2013, 02:45 WIB

Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono punya keprihatinan yang sama tentang sejumlah masalah intoleransi di Tanah Air. Presiden akan bekerja untuk memastikan diakhirinya semua bentuk intimidasi dan agitasi terhadap rumah ibadah serta keselamatan harta dan jiwa penganutnya.

”Presiden berpandangan, semua kelompok yang berbeda paham dan keyakinan memiliki tanggung jawab sama untuk memelihara harmoni sosial. Semua orang hendaknya mencegah dirinya terlibat dalam pengabaian akan pentingnya menghormati keyakinan yang dimiliki kelompok lain,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa, Sabtu (25/5).

Pernyataan Daniel disampaikan menanggapi polemik dan kritik yang diutarakan sejumlah kalangan terhadap rencana pemberian penghargaan World Statesman dari The Appeal of Conscience Foundation (TACF) di New York, Amerika Serikat, kepada Presiden SBY.

Presiden, ujar Daniel, mengakui, upaya yang dilakukan pemerintah tidak selamanya berhasil. Namun, Presiden tak akan pernah surut melakukan semua upaya agar warga negara dapat menjalankan ibadahnya dalam suasana aman, terbebas dari rasa takut. Presiden memerintahkan seluruh jajaran pemerintahan di pusat dan daerah untuk menjalankan amanah undang-undang dan konstitusi dengan penuh tanggung jawab.

Presiden telah menginstruksikan aparatur kepolisian untuk memberikan jaminan agar semua kelompok dapat memenuhi panggilan ibadahnya. ”Presiden menegaskan kembali bahwa negara menjamin sepenuhnya kebebasan warga negara menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya. Presiden berpandangan bahwa saling pengertian dan penghormatan menjadi norma dasar dalam masyarakat majemuk,” tutur Daniel.

Terkait penghargaan World Statesman, menurut Daniel, hal itu bukan dan tidak pernah menjadi tujuan pemerintahan SBY. Presiden hanya memiliki kehendak untuk melakukan yang terbaik bagi rakyat dan negara. ”Penghargaan tidak akan membuatnya silau. Cacian juga tidak akan membuatnya berkecil hati untuk menjalankan amanah dalam sisa masa kepemerintahannya,” kata Daniel.

Dalam penjelasan TACF kepada Presiden, penghargaan diberikan karena SBY pemimpin pertama yang dipilih langsung oleh negeri dengan penduduk Muslim terbesar, selalu mengutamakan perdamaian dan berhasil memperkuat demokrasi di Indonesia, tegas memerangi ekstremisme dan terorisme, serta konsisten mempromosikan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan kerja sama di antara penganut agama dan kepercayaan yang berbeda.

Apresiasi ormas

Jumat lalu, sejumlah ormas Islam menggelar pertemuan di Kementerian Agama di Jakarta. Mereka, antara lain, adalah Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama M Iqbal Sulam, Wakil Sekretaris Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah Imran Hanafi, Ketua Umum Persatuan Islam M Abdurrahman, Ketua Umum Lembaga Dakwah Islam Indonesia Abdullah Syam, Ketua Umum Wahdah Islamiyah M Zaitun Rasmin, Ketua Umum Jamiah Al-Wasliyah Yusdar Yusuf, serta Ketua Umum Sarikat Islam Rahardjo Cakraningrat.

Dalam pernyataannya, mereka mengapresiasi TACF yang bakal memberikan penghargaan kepada Presiden SBY. Pada dasarnya, itu merupakan penghargaan kepada umat beragama dan bangsa Indonesia yang telah secara terus-menerus membangun dan mengembangkan kerukunan di Indonesia.

Menurut mereka, umat Islam di Indonesia sejak awal pendirian Republik Indonesia berkomitmen menerapkan sikap toleran kepada umat dan pemeluk agama lain untuk bersama-sama membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang agamais, rukun, dan damai dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (WHY/IAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com