Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fathanah Lapor "Fee" Rp 40 M ke Luthfi

Kompas.com - 18/05/2013, 03:39 WIB

Jakarta, Kompas - Ahmad Fathanah mengaku melaporkan komisi (fee) Rp 5.000 per kilogram dari kuota 8.000 ton atau total senilai Rp 40 miliar kepada Luthfi Hasan Ishaaq yang saat itu Presiden Partai Keadilan Sejahtera.

Hal itu disampaikan Fathanah, tersangka kasus suap pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian, saat bersaksi dalam persidangan perkara tersebut di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Jumat (17/5). Terdakwa dalam kasus itu adalah Arya Abdi Effendy (Direktur Operasional PT Indoguna Utama) dan Juard Effendi (Direktur Human Resources Development dan General Affair PT Indoguna Utama).

Sidang yang dipimpin ketua majelis hakim Purwono Edi Santosa itu juga menghadirkan saksi-saksi utama lain, yaitu Menteri Pertanian Suswono, Luthfi, penerima aliran dana Maharani Suciono, juga penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi Amir Arif dan Andi Wina Yulianto.

Di persidangan, Fathanah mengaku berprofesi sebagai broker yang saat itu mengurus izin kuota impor daging PT Indoguna Utama. Dalam rekaman penyadapan percakapan antara Fathanah dan Luthfi, terungkap Fathanah memberi informasi ada komisi Rp 40 miliar untuk kuota 8.000 ton. Luthfi menimpali, kalau begitu akan diajukan 10.000 ton. Fathanah pun mengomentari berarti nilai totalnya Rp 50 miliar.

Menjawab pertanyaan jaksa Muhammad Rum, Fathanah mengakui membicarakan komisi Rp 5.000 per kg dengan Luthfi, tetapi Luthfi menanggapinya secara bercanda. ”Ustaz Luthfi tak percaya saya tentang hal-hal seperti itu kalau jumlahnya besar,” kata Fathanah.

Ia juga mengaku meminta uang kepada Direktur Utama PT Indoguna Maria Elisabeth Liman yang akhirnya dipenuhi Rp 1 miliar pada 29 Januari 2013. Pada sidang sebelumnya, terungkap di pembukuan PT Indoguna, dana itu disebut retribusi daging.

Namun, Fathanah memberikan versi lain, yaitu dana tersebut untuk seminar uji publik penambahan kuota impor. ”Saksi Elisabeth mengatakan, kalau dana itu untuk safari dakwah, yang benar yang mana?” tanya Rum.

”Yang benar dana itu untuk seminar dan untuk pribadi saya kalau bisa saya kutip dari situ,” jawab Fathanah. Jaksa kemudian menampilkan isi pesan BlackBerry. Terungkap Fathanah berjanji menyampaikan kabar gembira itu kepada Luthfi. ”Tapi (maksud) saya bukan seperti itu,” elak Fathanah. Ia mengaku tak ingin menyampaikan uang Rp 1 miliar itu kepada Luthfi.

Namun, dari penelusuran KPK, setelah menerima Rp 1 miliar, Fathanah menuju Hotel Le Meridien di Jalan Sudirman dan sempat menelepon Luthfi. Dalam percakapan telepon dengan Luthfi, Fathanah mengatakan ada yang ”penting banget” dan ”sangat menguntungkan”. Ia bilang ke sopirnya akan ada ajudan Luthfi yang mengambil ”bungkusan”.

”Saya sudah mengaku bersama Maharany dan saya kasih uang Rp 10 juta. Waktu itu telepon Ustaz Luthfi, tetapi tak ada satu pun kata bahwa uang itu untuk ustaz. Saya hanya katakan kalau ada waktu boleh enggak ketemu malam,” ujarnya.

Di sidang diputar rekaman percakapan Fathanah dan Luthfi terkait rencana mereka menyusun data agar impor daging ditingkatkan. Luthfi berargumentasi swasembada daging yang mengandalkan ternak lokal mengancam ketahanan pangan.

Fathanah mengakui mempertemukan bos PT Indoguna dengan Luthfi dan diharapkan bisa bertemu Menteri Pertanian Suswono. Penasihat hukum terdakwa, Bambang Hartono, menanyakan kepada Fathanah, apa sebenarnya peran Luthfi dalam pengurusan kuota 8.000 ton.

”Saya serahkan data kepada Ustaz Luthfi, tetapi selanjutnya saya tak tahu apa manuver-manuvernya,” kata Fathanah. Namun, ia tak tahu pasti isi data tersebut. Diduga berisi informasi soal importir daging dan krisis daging untuk meyakinkan mentan agar meningkatkan kuota.

Luthfi menjanjikan akan menyampaikan data itu ke Mentan keesokan harinya, tetapi Fathanah tak tahu apakah benar-benar dilakukan Luthfi. ”Apa LHI (Luthfi) bisa pengaruhi Suswono?” tanya Bambang. ”Itu antara percaya dan tidak, antara bisa dan tidak,” jawab Fathanah diplomatis.

Luthfi menyatakan memang berusaha mencari informasi lapangan terkait krisis daging dan fenomena beredarnya daging babi dan tikus. Data lapangan akan digunakan sebagai second opinion yang bisa digunakan Mentan.

Luthfi mengaku ada permintaan kuota 10.000 ton kepada Mentan, tetapi hal itu dilakukan agar meredam permintaan terus-menerus dari Fathanah. ”Kalau saya bilang tidak bisa, AF (Fathanah) bisa menghentikan informasi yang ingin saya peroleh dari Elisabeth. Saya sudah janjikan kepada Menteri untuk memberikan informasi,” kata Luthfi. Kesanggupan akan meminta kuota ke Mentan itu benar, tetapi Luthfi mengatakan tak dilakukannya.

Luthfi mengaku meminta Fathanah agar mempertemukan dengan Elisabeth dan akhirnya dipertemukan pada 28 Desember 2012. Pertemuan dihadiri Fathanah, Luthfi, Elisabeth, dan Elda Devianne Adiningrat (perantara perizinan, Komisaris PT Radina).

”Dalam rangka apa kok ketemu?” tanya hakim Purwono. ”Saya diberi informasi dari AF, Elisabeth adalah mantan ketua asosiasi impor daging yang punya pengalaman atasi krisis daging. Saya sedang cari informasi soal penyebab daging mahal dan bercampur celeng,” kata Luthfi.

Luthfi tak tahu Elisabeth importir daging. Ia lalu menyampaikan informasi dari Elisabeth kepada Mentan. ”Tapi menteri bilang datanya tidak valid. Saya bilang ini dari orang berpengalaman, Menteri bilang ia punya informasi lebih valid,” katanya.

Mentan Suswono membantah ada pertemuan soal kuota impor. Pertemuan di Lembang, Jawa Barat, terkait pembahasan kuota impor tak pernah terjadi. Namun, Suswono mengakui beberapa kali datang ke rumah Ustaz Hilmi Aminuddin di Lembang. ”Memang beliau sampaikan keluhan masyarakat soal percampuran daging dengan celeng dan tikus,” kata Suswono. (AMR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com