Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuk dalam Daftar Pembolos, Anggota DPR Dimarahi Istri

Kompas.com - 16/05/2013, 14:58 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Waktu muncul di berita, saya langsung dimarahi istri saya. 'Jadi, ninggalin anak istri setiap hari itu ke mana?'," keluh salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat saat berbincang-bincang di Gedung Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (16/5/2013). Nama dia masuk dalam daftar anggota dewan yang tingkat kehadirannya rendah ketika rapat paripurna.

Anggota dewan itu merasa selama ini rajin menghadiri rapat paripurna maupun di komisi. Hanya, ketika tiga rapat paripurna dalam satu minggu di masa sidang II tahun sidang 2012-2013, ia dan rekan-rekannya di komisi tengah melaksanakan kunjungan kerja. Namun, namanya telanjur terpublikasi di media massa.

Anggota dewan lainnya yang masuk dalam daftar "hitam" mengeluhkan hal yang sama. Ia tidak bisa mengikuti rapat paripurna lantaran tengah mengikuti kunjungan kerja ke luar negeri. Namun, lantaran sudah dipublikasi media massa, kecaman dari masyarakat berdatangan.

"Ada yang telepon saya. Dia langsung bilang saya enggak tahu malu maju lagi di Pemilu 2014. Nomor urut satu lagi. Belum sempat saya jelaskan, langsung ditutup teleponnya. Saya telepon balik enggak diangkat-angkat. Ada juga mahasiswa telepon marah-marah. Dia bilang saya pernah jadi pembicara di kampusnya. Saya bicara tegas selama di DPR, tapi tahunya sering bolos," kata dia.

Data absensi yang dipublikasikan BK berasal dari presensi manual. Data manual bisa saja hasil manipulasi. Dalam praktiknya, selama ini, anggota dewan kerap meminta staf ahlinya atau asisten pribadinya untuk menandatangani daftar hadir yang ditaruh di depan ruang rapat paripurna.

Selain presensi manual, Sekretariat Jenderal DPR sebenarnya juga memasang sistem presensi dengan finger print sejak tahun lalu. Finger print dipasang lantaran rapat paripurna selalu sepi. Adapula anggota dewan yang langsung meninggalkan ruang rapat setelah merekam sidik jarinya.

Apakah rapat paripurna selama ini efektif? Rapat paripurna merupakan forum pengambilan keputusan DPR. Tidak sedikit mereka yang hadir hanya sekadar duduk, berbincang-bincang, bermain gadget, bahkan tidur. Mereka cuek ketika hal yang dibahas bukan terkait bidangnya. Namun, tetap ada anggota yang memanfaatkan paripurna untuk menyampaikan aspirasi konstituennya.

Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron berpendapat, yang terpenting untuk disorot publik adalah rapat-rapat di komisi. Penyusunan undang-undang, pengawasan, dan pembahasan anggaran berada di komisi.

"Rapat di komisi substansinya jauh lebih penting. Paripurna hanya pengambilan keputusan bersama. Tapi, saya tidak anggap rapat paripurna tidak penting. Kalau rapat di komisi itu bisa tiga hari tiga malam," kata Herman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

    Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

    Nasional
    Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

    Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

    Nasional
    Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

    Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

    Nasional
    Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

    Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

    Nasional
    Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

    Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

    Nasional
    Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

    Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

    Nasional
    Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

    Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

    Nasional
    Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

    Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

    Nasional
    Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

    Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

    Nasional
    Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

    Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

    Nasional
    Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

    Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

    Nasional
    Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

    Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

    Nasional
    Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

    Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

    Nasional
    BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

    BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com